Berdoa dan Memohon Ampun
Sebagaimana yang dipanjatkan oleh Abu Bakar Asy Syibli ra. dalam sebuah doanya berikut ini :
اللّٰهُمَّ إنِّي أُحِبُّ أَنْ أَهَبَ لَكَ جَمِيْعَ حَسَنَاتِي مَعَ فَقْرِي وضُعْفِي فَکَیْفَ لَا تُحِبُّ يَا سَيِّدِي اَنْ تَهَبَ لِي جَمِيْعَ سَیِّئَاتِي مَعَ غِنَاكَ مَوْلَايَ عَنِّي
“Wahai Tuhanku, sesungguhnya saya suka mengadukan segala kebaikanku bersama kesengsaraan dan kelemdhanku, maka bagaimana Engkau tidak suka menganugerahkan kepadaku segala kele-mahanku bersama kemahakayaan-Mu untuk tidak menyiksa daku. ”
Kesengsaraan disini diartikan kebutuhan untuk mendapatkan kebaikan dan dengan kelemahannya itu dimaksudkan untuk memperbanyak amal ibadah. Sedang permohonan untuk tidak disiksa, itu karena Allah tidak akan rugi lantaran perbuatan jahat manusia begitu juga tidak akan merasa untung dengan kebaikan manusia itu.
Abu Bakar Daif Ibnu Jahdar Asy Syibli adalah termasuk salah satu sosok tokoh makrifat kepada Allah SWT. Beliau dilahirkan di Baghdad dan bermadzab Maliki, dan beliau hidup selama 87 tahun. Semasa mudanya beliau sering bersilahturrahim kepada Al Junaidi dan kepada tokoh-tokoh lain yang semasa dengannya. Beliau wafat pada tahun 334 H dan dimakamkan di Baghdad.
Beliau pernah diberi ijazah oleh salah seorang yang mulia untuk senan-tiasa membaca tiga bait Bahar Wafir setiap selesai shalat Jum’at sebanyak tujuh kali, yaitu sebagai berikut :
إِلهِي لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاً # وَلاَ أَقْوَى عَلىَ النَّارِ الجَحِيْمِ
فَهَبْ ليِ تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذُنُوْبيِ # فَإِنَّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ العَظِيْم
وَعاَمِلْنِيْ مُعاَمَلَةَ الْكَرِيْمِ #وَثَبِّتْنِي عَلَى نَهْجِ الْقَوِيْمِ
“Wahai Tuhanku, aku bukanlah termasuk ahli (surga) Firdaus, namun aku tidak sanggup menahan (siksa) neraka Jahim.
Maka terimalah taubatku dan ampunilah segala dosa perbuatanku. Karena sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pengampun dosa yang besar.
Perlakukanlah daku dengan perlakuan orang-orang yang mulia, dan tetapkanlah diriku di jalan yang lurus."
Kisah Tentang Keutamaan Asy Syibli
Asy Syibli datang kepada Ibnu Mujahid. Maka Ibnu Mujahid menyambutnya dengan merangkulnya seraya mencium kening diantara kedua matanya.
Lalu Asy Syibli bertanya kepada Ibnu Mujahid, “Mengapa engkau lakukan hal itu kepadaku?” Beliau menjawab, “Karena aku pernah bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad Saw, lalu beliau menghampirimu dan mencium kening antara kedua matamu. Maka aku bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, mengapa baginda melakukan hal itu kepada Asy Syibli?” Lalu beliau menjawab, “Aku melakukan itu semua karena ia selalu membaca ayat (seperti dibawah ini) pada setiap selesai mengerjakan shalat fardhu:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ. فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
[Surat At-Taubah 128-129]
Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman. Maka jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy (singgasana) yang agung.”
Setelah itu Ibnu Mujahid menyatakan, “Setelah aku bertanya kepada Asy Syibli tentang bacaan setelah shalat fardhu, itu ternyata dijawab oleh Asy Syibli sebagaimana yang terdapat dalam mimpinya tersebut diatas.”
Komentar
Posting Komentar