Keutamaan Berdiam Diri
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. sebagai berikut :
الصِّلاَةُ عِمَادُ الدِيْنِ وَالصُّمْتُ اَفْضَلُ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ وَالصُّمْتُ أَفْضَلُ، وَالصَّوْمُ جُنَّةٌ مِنَ النَّارِ وَالصُّمْتُ أَفْضَلُ، وَاْلجِهَادُ سَنَامُ الدِّينِ وَالصُّمْتُ أَفْضَلُ
"Shalat itu adalah tiangnya agama, tapi berdiam diri itu adalah lebih utama. Sedekah itu dapat menahan murkanya Tuhan, tetapi berdiam diri itu adalah lebih utama. Puasa itu merupakan bentengnya neraka, sedang berdiam diri itu justru lebih utama. Dan berjuang di jalan Allah itu adalah puncaknya agama, tetapi ber-diam diri itu lebih utama."
Agama itu tidak akan berdiri dengan kokoh (tidak akan menjadi kuat) tanpa disertai dengan menunaikan shalat, sebagaimana rumah yang tidak tikan dapat berdiri dengan kokoh tanpa disertai dengan tiang-tiangnya. Shalat adalah pengakuan yang sebenarnya dari seorang hamba (kepada Tuhannya) dan menunaikan hak-hak ketuhanan. Sedang seluruh ibadah itu justru merupakan sarana menuju makna pengabdian yang sebenarnya itu. Adapun tentang keutamaan diam daripada shalat itu adalah berdasarkan sabda Nabi Muhammad Saw. sebagai berikut:
الصُّمْتُ اَرْفَعُ العِبَادَةِ
“Diam adalah ibadah tingkat yang paling tinggi. ” (HR. Ad-Dailami dari Abu Hurairah ra.)
Yang dimaksud dengan diam disini adalah tidak mengucapkan sesuatu, kecuali untuk sesuatu yang bermanfaat bagi agama dan dunia, dan juga tidak pernah membantah orang yang menentang. Diam dianggap sebagai ibadah tingkat tinggi, karena sebagian besar kesalahan (perbuatan dosa) itu diakibatkan oleh lisan. Akan tetapi, jika orang itu hidup hanya sendirian, maka diamnya itu tidak dianggap ibadah.
Dan diam itu juga lebih utama daripada bersedekah, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. yang diriwayatkan oleh Abusy Syaikh dari Al Mihrazi yang artinya sebagai berikut:
"Diam itu adalah hiasan bagi orang yang alim dan pentaup bagi orang yang bodoh."
Diam itu dapat menambah kewibawaan dan merupakan pertanda adanya ilmu. Dan sesungguhnya orang yang bodoh itu tidak akan diketahui kebodohannya, jika ia tidak banyak bicara.
Disamping itu, diam itu juga lebih utama daripada puasa, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. yang diriwayatkan oleh Ad Dailami dari Anas sebagai berikut:
الصُّمْتُ سَيِّدُ الأَخْلاَقِ
"Diam adalah pimpinan akhlak."
Dari hadits tersebut maka dapat disimpulkan, bahwa diam dari perkara yang tidak ada pahalanya merupakan pimpinan akhlak yang mulia, karena dapat menyelamatkan pelakunya dari perbuatan ghibah dan lain sebagainya. Adapun memperbanyak amalan yang dapat mendatangkan pahala, seperti dzikir, membaca Al Qur’an dan ilmu, itu adalah lebih utama daripada diam.
Jihad itu merupakan agama, tetapi diam itu justru lebih utama, yaitu yang paling tinggi nilainya jika dilihat. Hal itu tidak lain adalah karena jihad dapat dilihat dari tempat yang jauh, sebagaimana punuk unta dapat dilihat dari kejauhan.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. yang diriwayatkan oleh Al Qadha’i dari Anas dan Ad Dailami dari Ibnu Umar sebagai berikut:
الصُّمْتُ حِكَمٌ وَقَلِيْلٌ فَاعِلُهُ
"Diam adalah hikmah, tapi sedikit sekali orang yang melakukan-nya."
Diam itu adalah hikmah dan tidak banyak orang yang mau melakukan-nya, karena ketidak tahuan mereka. Memang, jarang sekali orang-orang mau berdiam diri dari membicarakan hal-hal yang justru menghancurkan dirinya sendiri.
Sebagaimana yang telah digambarkan oleh seorang penyair dalam “Bahar Khalif" sebagai berikut:
"Wahai orang yang banyak bicara yang tidak ada faedahnya, kurangilah # Sesungguhnya engkau telah menghamparkan omongan yang tidak ada faedahnya dengan panjang dan lebar.
Sungguh, engkau telah mengambil bagian dari suatu kejelekan # Maka sekarang, diamlah, jika kamu memang menghendaki kebaikan."
Dalam riwayat Ad Dailami yang lain juga diterangkan, bahwa Nabi Muhammad Saw. telah bersabda sebagai berikut:
"Jihad yang paling utama adalah memerangi hawa nafsumu, dalam Dzat Allah (semata-mata karena Allah)."
Komentar
Posting Komentar