Pendahuluan

"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah di setiap saat dan waktu. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah SAW, hamba yang paling mulia diatas sekalian para hamba."

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Bismillahirrahmanirrahiim, disunnahkan untuk membaca Basmalah pada setiap akan mengerjakan semua pekerjaan yang tidak dipandang hina. Jika lupa membacanya pada saat akan memulai suatu pekerjaan, maka boleh dibaca pada tengah-tengah aktifitasnya tersebut dengan bacaan sebagai berikut:

بِسۡمِ اللّٰهِ اَوَّالُهُ وآخِرُهُ

"Dengan menyebut nama Allah pada permulaan sampai akhir perbuatan ini. ”

Alhamdulillaahi Fii Kulli Hiinin, segala puji bagi Allah di setiap waktu, yaitu pada semua waktu, baik yang berjangka pendek maupun berjangka panjang. 

Wa Auqaat, dan di setiap masa, yakni masa yang tak terbatas lamanya. Lafadz ini di athafkan pada lafadz Hiin, yang dalam ilmu nahwu disebut athaf Khash pada ’Am.

Wash Shalaatu, shalawat atau rahmat, yakni belas kasihan, baik yang berasal dari Allah atau yang lain-Nya.

Alaa Rasuulihi, terlimpahkan kepada Rasul-Nya yang diutus untuk semua makhluk.

Asyrafil Khalqi, makhluk yang paling mulia. Yang dimaksud dengan makhluk disini adalah semua yang telah diciptakan oleh Allah berdasarkan kehendak-Nya dan dituntut oleh hikmah-Nya.

Wal Bariyyaat, dan semua hamba ciptaan Allah lainnya, yakni semua makhluk secara mutlak atau segala apa yang ada di bumi. Pada garis besarnya Nabi besar kita, Muhammad Saw, adalah makhluk Allah yang paling utama secara mutlak.

Naskah di tangan Anda ini memuat berbagai peringatan untuk mempersiapkan diri menghadapi hari kiamat.

Diantara isinya, terdapat peringatan berdua, yaitu masing-masing terdiri dari dua perkara, bertiga, sampai bersepuluh. Jadi, jumlah seluruhnya ada 214 makalah, yang terdiri dari 45 khabar (hadits Nabi Muhammad Saw.). Dan yang lainnya berupa atsar (perkataan para sahabat Nabi Muhammad Saw. atau para tabi’in).

Sebelumnya, disini kami akan memetik dengan mengemukakan dua buah hadits yang mulia dan agung, yaitu:

Hadist Pertama :

Sebagaimana yang telah diriwayatkan kepadaku dari Al Allamah Asy Syaikh Muhammad Al Khatib Asy Syami Al Madani Al Hambali, yaitu Ibnu Utsman bin Abbas bin Utsman, yang diterima dari para Syaikh beliau dengan sanad yang muttasil (bersambung) sampai kepada Abu Dzar Al Ghiffari ra. dari Rasulullah Saw, dalam sabdanya yang menceritakan tentang firman Allah dalam sebuah hadits Qudsi yang artinya sebagai berikut :

"Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan berbuat zhalim (aniaya) atas diri-Ku dan Aku haramkan pula perbuatan itu pada kalian, maka janganlah kalian saling berbuat zhalim (saling aniaya). 

Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian semua sesat, kecuali orang yang Aku beri petunjuk. Maka mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan memberi petunjuk kepada kalian. 

Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua lapar, kecuali kalian yang Aku beri makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberi kalian makan. 

Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua tidak bepakaian, kecuali orang yang Aku beri pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku akan memberi kalian pakaian. 

Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di malam dan siang hari, sedang Aku mengampuni segala dosa, maka mintalah ampunan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberi ampunan bagi kalian. 

Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak akan mampu mendatangkan bahaya atas-Ku dan tidak pula mampu membawa manfaat bagi-Ku. 

Wahai hamba-hamba-Ku, andaikata salah seorang diantara kalian berhati taqwa sejumlah ketaqwaan orang yang dahulu dan sekarang, baik manusia maupun jin, maka semua itu tidak akan menambah sedikitpun pada kerajaan-Ku. 

Wahai hamba-hamba-Ku, andaikata salah seorang diantara kalian berhati jahat sejumlah kejahatan orang-orang dari dahulu sampai sekarang, baik jin maupun manusia, niscaya semuanya itu tidak akan mengurangi sedikitpun pada kerajaan-Ku. 

Wahai hamba-hamba-Ku, andaikata yang awal sampai yang akhir, manusia dan jin, serempak berdiri di suatu tempat untuk memohon kepada-Ku dan Aku berikan pada tiap-tiap orang akan permintaannya, niscaya semuanya itu tidak akan mengurangi sedikitpun yang ada pada-Ku selain seperti sebuah jarum jahit dimasukkan ke lautan. 

Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguh-nya semua itu adalah perbuatan kalian yang Aku perhitungkan untuk kalian, kemudian Aku akan memberikannya dengan penuh kepada kalian. 

Maka, barangsiapa yang menemukan kebaikan bersyukurlah kepada Allah dan barangsiapa menemukan selain itu, maka janganlah mencela, kecuali pada dirinya sendiri."

Hadist Kedua:

Adalah sebuah hadits yang diijazahkan kepadaku oleh Al Allamah As Sayid Ahmad Al Marshifi Al Mishri, yang sebelumnya telah diijazahkan pula oleh As Sayid Abdul Wahab bin Ahmad Farhat, yang bermadzab Syafi’i dari para guru beliau secara berurutan sampai kepada Abdullah bin Amr bin Al Ash ra, yang bersumber langsung dari Nabi Muhammad Saw, yaitu sebagai berikut:

“Orang-orang yang penyayang itu akan dikasihi oleh Tuhan Yang Maha Penyayang, Maha Suci lagi Maha Tinggi. Sayangilah makhluk yang ada di bumi, niscaya kalian akan disayangi oleh yang ada di langit.”

Hadits tersebut diatas mengandung makna, bahwa orang-orang yang menyayangi segenap makhluk yang ada di bumi, baik manusia maupun binatang yang dilindungi, yaitu memperlakukan mereka dengan perlakuan yang baik. Maka Allah akan menyayangi mereka yang melakukan perbuatan itu. Sayangilah semua makhluk Allah Swt. semampu kamu, meskipun makhluk itu tidak berakal, dengan cara mengasihi dan mendoakan mereka agar memperoleh limpahan rahmat dan ampunan Allah. Dengan cara itu, kalian akan memperoleh kasih sayang dari para Malaikat dan kasih sayang dari Allah yang justru limpahan-Nya akan merata ke penduduk langit, dimana jumlahnya lebih banyak dari penduduk bumi ini. Seseorang tidak boleh mendoakan semua kaum muslimin, agar semua dosa mereka diampuni atau mendoakan seseorang yang fakir, agar memperoleh seratus dinar, sedangkan ia tidak mempunyai sarana untuk memperolehnya. Alasannya, bahwa hal tersebut merupakan kasih sayang terhadap sesama makhluk. Dan hal itu bertentangan dengan hukum syara’.

Imam Al Ghazali pernah dimimpikan oleh seseorang, beliau ditanya, “Bagaimana perlakuan Allah terhadap tuan?” Beliau menjawab, “Allah Swt. membawaku kehadapan-Nya, lalu Allah berfirman kepadaku, “Lantaran apa Aku membawamu ke sisi-Ku?” Aku pun menyebutkan berbagai perbuatanku. Dia berfirman, “Kami tidak menerimanya, sesungguhnya yang Kami terima darimu adalah pada suatu hari ada seekor lalat hinggap pada wadah tintamu untuk meminumnya, padahal kamu sedang menulis, lalu kamu menghentikan tulisanmu hingga lalat itu selesai meminumnya, kamu lakukan hal itu karena kasihan terhadap lalat tersebut.” Kemudian Allah memerintahkan, “Bawalah hamba-Ku ini ke surga.”

Agar mendapatkan Husnul Khatimah (kebaikan di akhir hayat), maka dianjurkan membiasakan berdo’a dengan do’a sebagai berikut:

اَللَّهُمَّ أَكۡرِمُ هَذِهِ الأُمَّۃَ المُحَمَّدِيَّۃَ بِجَمِيلِ عَوَائِدِكَ فِي الدَّارَيْنِ إِكْرَامًا لِمَنْ جَعَلۡتَهَا مِنْ أُمَّتِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ 

"Wahai Tuhanku, Muliakanlah umat Muhammad ini dengan kebaikan pahala-Mu di dunia dan di akhirat, sebagai penghormatan bagi orang-orang yang menjadi umatnya"

Disamping itu, adalah membiasakan membaca doa setelah sholat sunnah Qabliyah subuh, yaitu di antara sholat subuh dan sunnah qabliyahnya, dengan doa berikut:

اَللَّهُمَّ اِغْفِرْ لِأُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اَللَّهُمَّ اِرْحَمْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ اُسْتُرْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ اجْبُرۡ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحۡ أُمَّۃَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ عَافِ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ اِحْفَظْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ اِرْحَمْ أُمَّة سَيِّدنَا مُحَمَّد رَحْمَةً عَامَّةً يَا رَبَّ العَالَمِينَ. اَللَّهُمَّ فَرِّجۡ عَنْ أُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فَرۡجًا عَاجِلًا يَا رَبَّ العَالَمِينَ 

“Wahai Tuhanku, berikanlah ampunan bagi umat junjungan kami, Nabi Muhammad Saw. Wahai Tuhanku, kasihanilah umat junjungan kami, Nabi Muhammad Saw. Wahai Tuhanku, tutuplah kejelekan umat junjungan kami, Nabi Muhammad Saw. Wahai Tuhanku, perbaikilah keadaan umat junjungan kami, Nabi Muhammad Saw. Wahai Tuhanku, baguskanlah umat junjungan kami, Nabi Muhammad Saw. Wahai Tuhanku, sejahterakanlah umat junjungan kami, Nabi Muhammad Saw. Wahai Tuhanku, jagalah umat junjungan kami, Nabi Muhammad Saw. Wahai Tuhanku, kasihanilah umat junjungan kami. Nabi Muhammad Saw. dengan kasih sayang yang menyeluruh, wahai Tuhan seru sekalian alam. Wahai Tuhanku, ampunilah umat junjungan kami, Nabi Muhammad Saw. dengan ampunan yang menyeluruh, wahai Tuhan seru sekalian alam. Wahai Tuhanku, lapangkanlah jalan umat junjungan kami, Nabi Muhammad Saw. dengan kelapangan yang meluas, wahai Tuhan seru sekalian alam."

Kemudian biasakanlah pula membaca doa sebagai berikut:

يَا رَبَّ كُلِّ شَيئ بِقُدْرَتِكَ عَلَى كُلِّ شَيئ أَغْفِرُ لِي كُلَّ شَيئ وَلَا تَسْأَلُنِي عَنْ كُلِّ شَيئ وَلَا تُحَاسِبُنِي فِي كُلِّ شَيئ وَأَعْطِنِي كُلُّ شَيئ

"Wahai Tuhan segala sesuatu. Dengan kekuasaanMu atas segala sesuatu, ampunilah segala sesuatu yang ada padaku dan janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang segala sesuatu. Janganlah Engkau menhisabku tentang segala sesuatu dan berikanlah kepaku segala sesuatu"

Komentar