Karunia Allah yang Paling Baik
Ahnaf bin Qais pernah berdialog dengan salah seorang, dimana ketika Ahnaf ditanya, beliau selalu menjawab sebagai berikut:
- : "Pemberian (Allah) apa yang paling baik, yang diberikan kepada seorang hamba?"
+ : "Akal tabi’i (yang dibawa sejak lahir).
- : "Jika tidak ada?”
+ : "Budi pekerti yang mulia."
- : "Jika tidak ada?"
+ : "Teman yang dapat menolong"
- : "Jika tidak ada teman yang menolong?"
+ : "Hati yang tabah"
- : "Jika tidak ada?"
+ : "Banyak diam."
- : "Jika tidak ada?"
+ : "Mati dengan segera."
Tentang akal gharizi, Rasulullah Saw. telah bersabda sebagai berikut:
"Usaha manusia tidak seperti usaha akal, akal memberikan petunjuk kepada orang yang ditempatinya, atau menolaknya dari perkara yang jelek."
Budi pekerti yang mulia adalah melakukan segala sesuatu yang dapat menjaga dirinya dari perbuatan maksiat. Sedang mengenai teman yang dapat menolong, Nabi Muhammad Saw. telah bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi yang artinya sebagai berikut:
"Pemuka akal setelah iman adalah kasih sayang terhadap sesama manusia dan seseorang memang tidak dapat lepas dari pentingnya musyawarah; dan sungguh, ahli kebaikan di dunia, mereka adalah ahli kebaikan di akhirat, dan ahli munkar di dunia, mereka juga adalah ahli munkar di akhirat."
Adapun hati yang tabah, yaitu hati yang sabar terhadap penghinaan orang lain. Dalam hal ini Rasulullah Saw. telah bersabda sebagai berikut:
“Andaikata ada seorang mukmin diatas sebilah bambu di tengah lautan,niscaya Allah akan memberikan kekuatan untuk menghadapi orang yang menyakitinya." (HR. Ibnu Abi Syaibah)
Dan mengenai diam yang lama, Imam Thabrani telah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda yang artinya sebagai berikut: "Seorang hamba tidak mencapai hakikat iman, sehingga dia sendiri mengendalikan lisannya."
Abu Nu’aim juga telah meriwayatkannya, bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda yang artinya sebagai berikut:
"Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang yang memelihara lisannya, mengenal zamannya dan lapang jalan hidupnya."
Dalam dialog diatas dikatakan "Mati dengan segera", artinya lebih baik mati daripada hidup, jika tidak memperoleh karunia seperti yang diterangkan dalam pembicaraan sebelumnya.
Komentar
Posting Komentar