Penyebab Rusaknya Hati
Diriwayatkan dari seorang tabi’in terbesar, yaitu Hasan Al Bashri ra. bahwa ia berkata sebagai berikut:
إِنَّ فَسَادَ القُلُوْبِ عَن سِتَّةِ أَشْيَاءَ، أَوَّلُهَا يُذْنِبُونَ بِرَجَاءِ التَّوْبَةِ، وَيَتَعَلَّمُوْنَ العِلْمَ وَلاَ يَعْمَلُوْنَ، وَإِذَا عَمِلُوا لاَ يَخْلُصُوْنَ، وَيَأْكُلُوْنَ رِزْقَ اللّٰهِ وَلاَ يَشْكُرُوْنَ، وَلاَ يَرْضَوْنَ بِقِسْمَةِ اللّٰهِ، وَيَدْفَنُونَ مَوْتَاهُم وَلاَ يَعْتَبِرُونَ
"Sesungguhnya yang menyebabkan hati menjadi rusak itu ada enam perkara, yaitu: Pertama, sengaja berbuat dosa dengan harapan dapat segera bertaubat. Kedua, menuntut ilmu, tapi tidak mau mengamalkannya. Ketiga, jika mau mengamalkannya pun (ilmu tersebut), tapi tidak ikhlas. Keempat, mereka makan rizqi dari Allah, tetapi tidak mau bersyukur. Kelima, tidak ridha dengan apa yang telah diberikan oleh Allah. Keenam, terbiasa menguburkan orang yang sudah meninggal dunia, tapi ia tidak mau mengambil i'tibar (pelajaran) daripadanya."
Ilmu yang tidak diikuti amal perbuatan itu tidak bermanfaat, karena buah dari ilmu itu justru terletak pada pengamalannya itu. Sedang pengamalan yang tidak dibarengi dengan rasa ikhlas, berarti pengamalannya itu bohong, karena kebenaran itu adalah pangkal, sedang cabangnya adalah rasa ikhlas. Imam Ahmad bin Hanbal pernah berdoa sebagai berikut:
"Wahai Dzat Yang menunjukkan kepada orang yang bingung, tunjukkanlah aku ke jalan orang-orang yang benar dan jadikanlah aku ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang ikhlas."
Adapun mengenai syukur terhadap rizqi yang telah diberikan oleh Allah, maksudnya adalah memperlakukan seluruh anggota tubuh pada jalan yang diridhai oleh Allah dan menafkahkan harta yang dimilikinya pada jalan-Nya pula.
Sedangkan yang berkaitan dengan sikap ridha terhadap apa yang telah diberikan oleh Allah, Syaikh Abdul Qadir Al Jailani mengatakan:
"Relakanlah dirimu dalam menerima sesuatu yang sedikit dan bersungguh-sungguhlah dalam sikap itu, niscaya kamu akan berpindah pada (tempat) yang lebih tinggi dan lebih baik, dan dengan perasaan senang itu kamu akan bahagia, tentram dan terpelihara, tidak merasa lelah (berat) di dunia dan di akhirat, kemudian kamu akan meningkat lagi kepada sesuatu yang lebih kamu senangi."
Dan mengenai mengambil i’tibar (pelajaran) dari kematian, Nabi Muhammad Saw. telah berrsabda yang artinya sebagai berikut:
"Sesungguhnya kuburan itu adalah awal tempat akhirat, iika seseorang selamat dari kubur, maka ia akan lebih mudah untuk melangkah ke tahap berikutnya. (Sebaliknya) jika seseorang tidak selamat dari kubur, maka ia akan mendapat ksulitan untuk melangkah ke tahap berikutnya."(HR. Imam Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim)
Imam Thabrani juga meriwayatkan dari jalan lain, bahwa Rasulullah Saw. bersabda yang artinya sebagai berikut:
“Sesungguhnya mati itu mengejutkan, maka jika saudaramu mati, maka ucapkanlah: 'Sesungguhnya kami kepunyaan Allah dan hanya kepada-Nyalah kami kembali, dan sungguh kami kembali kepada Tuhan kami. Wahai Tuhanku, catatkanlah ia bersama orang-orang yang berbuat baik disisi-Mu dan simpanlah bukunya di 'Myyin dan gantilah keturunannya dengan yang lain. Wahai Tuhanku, janganlah Engkau menghalangi pahalanya kepada kami dan janganlah Engkau menguji kami sepeninggalnya."
Ad Daruquthnijuga telah meriwayatkan, bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda yang artinya sebagai berikut:
"Barangsiapa yang mendengar orang muslim meninggal dunia, kemudian ia mendoakan kebaikan, maka Allah akan mencatat baginya pahala orang yang berta’ziyah dimasa hidupnya dan orang yang mengantarkan jenazahnya ke tempat pemakaman ketika meninggalnya."
Komentar
Posting Komentar