Tanda-tanda Diterimanya Sebuah Pertaubatan
سُئِلَ بَعْضُ الحُكَمَاءِ: هَلْ يَعْرِفُ العَبْدُ إِذَا تَابَ أَنَّ تَوْبَتَهُ قُبِلَتْ أَمْ رُدَّتْ؟ قَالَ لاَ أَحْكُمُ فِى ذٰلِكَ، وَلٰكِن لِذٰلِكَ عَلاَماَتٌ: إِحْدَاهَا أَنْ يَرَى نَفْسَهُ غَيْرَ مَعْصُوْمَةٍ مِنَ المَعْصِيَةِ، وَيَرَى فِى قَلْبِهِ الفَرَحَ غَائِبًا وَالحُزْنَ شاَهِدًا، ويَقْرِبُ أَهْلَ الخَيْرِ وَيُبَاعِدُ أَهْلَ الشَّرِّ، وَيَرَى القَلِيْلَ مِنَ الدُّنْيَا كَثِيْرًا وَيَرَى الكَثِيْرَ مِن عَمَلِ الآخِرَةِ قَلِيْلاً، وَيَرَى قَلْبَهُ مُشْتَغِلاً بِمَا ضَمِنَ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى فَارِغًا عَمَّا ضَمِنَ اللّٰهُ تَعَالَى مِنّهُ، وَيَكُوْنُ حَافِظَ اللِّسَانِ دَائِمَ الفِكْرَةِ لاَزِمَ الغَمِّ والنَّدَامَةِ
Sebagian hukama pernah ditanya, "Apakah seorang hamba mengetahui, diterima atau tidaknya pertaubatannya?" Maka ia menjawab, "Aku sendiri tidak tahu persis akan hal itut tetapi masalah itu ada tanda-tandanya diantaranya yaitu: Pertama, mengetahuinya bahwa dirinya tidak dipelihara dari perbuatan maksiat. Kedua, mengetahui dalam hatinya tidak ada kegembiraan (sedikitpun), yang ada hanyalah kesedihan. Ketiga, ia mendekat kepada orang yang baik dan menjauhkan diri dari orang yang jahat. Keempat, ia mengetahui, bahwa dunia yang sedikit itu banyak dan menganggap amal akhirat yang banyak itu sedikit; kelima, hatinya sibuk dengan perkara yang berkaitan dengan perintah Allah dan tenang dengan perkara yang dijamin oleh Allah baginya. Keenam, menjaga lisannya, senantiasa bertafakkur dan sedih serta menyesal."
Sebagian ahli hukama berpendapat, bahwa tanda-tanda diterimanya sebuah pertaubatan (oleh Allah Swt.) itu ada enam perkara, yaitu:
1. Beranggapan, bahwa dirinya tidak dilindungi (oleh Allah) dari perbuatan dosa.
2. Hatinya jauh dari rasa gembira, yang ada di hatinya hanyalah kesedihan.
3. Mendekati orang-orang yang baik dan menjauhi orang-orang yang jelek (budi pekertinya), karena takut ke dalam perbuatan maksiat.
4. Ia memandang rizqi dari Allah itu banyak, lalu dia mengambil sebagiannya sekedar untuk memenuhi kebutuhannya. Dan beranggapan bahwa amal shalehnya hanyalah sedikit, sehingga ia berusaha untuk menambahnya terus.
5. Hatinya selalu disibukkan dengan apa yang diwajibkan oleh Allah, tapi tidak pernah dipusingkan oleh masalah rizqi, karena merasa sudah dijamin oleh Allah SWT.
6. Selalu memelihara lisannya (dari perkataan yang jelek).
Dalam hal ini Rasulullah Saw. bersabda, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Imam Baihaqi sebagai berikut:
"Amal perbuatan yang paling dicintai oleh Allah adalah memelihara lisan."
Ibnu Nashr juga telah meriwayatkan dari jalan lain, bahwa Beliau Saw. bersabda yang artinya sebagai berikut:
"Sesungguhnya manusia yang paling banyak dosanya pada hari kiamat (nanti), adalah orang yang paling banyak membicarakan perkara yang tidak ada manfaatnya."
Adapun mengenai memikirkan dan menghayati keagungan Allah, Rasulullah Saw. bersabda yang artinya sebagai berikut:
"Berpikir tentang keagungan Allah, surga dan neraka-Nya, selama satu jam itu lebih baik daripada shalat sunnat di malam hari."
Dalam riwayat yang lain juga diterangkan, bahwa beliau bersabda sebagai berikut:
"Berpikir tentang ciptaan Allah, janganlah berpikir tentang Dzat Allah, maka kamu akan celaka."
Disamping itu semua, adalah selalu menyesali perbuatan maksiat yang terlanjur dilakukannya.
Komentar
Posting Komentar