Tipu Daya Syaitan Yang Paling Besar

Sebagaimana yang dikatakan oleh Yahya bin Mu’adz sebagai berikut:

مِنْ أَعْظَمِ الإِغْتِرَارِ عِنْدِي التَّمَادِي فِى الذُّنُوْبِ عَلَى رَجَاءِ العَفْوِ مِنْ غَيْرِ نَدَامَةٍ، وَتَوَقُّعُ القُرْبِ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى بِغَيْرِ طَاعَةٍ، وَانْتِظَارِ زَرْعِ الجَنَّةِ بِبَذْرِ النَّارِ، وَطَلَبُ دَارِ المُطِيْعِيْنَ بِالمَعَاصِي، وَانْتِظَارُ الجَزَاءِ بِغَيْرِ عَمَلٍ، وَالتَمَنِّي عَلَى اللّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ مَعَ الإِفْرَاطِ

"Tipu daya (syaitan) yang paling besar menurutku adalah sebagai berikut: Terus menerus berbuat dosa dengan harapan mendapat ampunan tanpa disertai penyesalan. Mengaku dekat kepada Allah tanpa disertai perbuatan taat. Mengharapkan merasakan kesenangan surga dengan menyebarkan benih neraka. Menginginkan rumah orang yang taat dengan melakukan perbuatan maksiat. Mengharapkan pahala tanpa beramal. Dan berangan-angan kepada Allah disertai perbuatan melampaui batas."

Yahya bin Mu’adz ra. berpendapat bahwa tipu daya syaitan yang paling besar itu ada enam perkara, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Selalu melakukan perbuatan dosa dengan harapan mendapat ampunan dari Allah tanpa disertai rasa penyesalan.

2. Merasa dekat kepada Allah tanpa disertai melakukan ketaatan.

3. Mengharapkan kesenangan surga dengan menyebarkan benih neraka.

4. Mencari tempat orang yang taat dengan melakukan berbagai kemaksiatan, yakni ingin masuk surga tanpa berbuat yang dapat membawanya kesana, sebaliknya melakukan perbuatan yang bertentangan dengan perintah Allah. Dalam hal ini, ia tidak mungkin mampu mendapatkannya. Karena imbalan yang diperoleh seseorang itu berdasarkan amal perbuatannya. 

Sebagaimana firman Allah dalam surat Ath Thuur ayat 16 yang artinya sebagai berikut:

"Sungguh kamu akan dibalas sesuai dengan apa yang kamu perbuat."

5. Mengharapkan imbalan sesuatu yang dapat mendatangkan kesenangan dengan tanpa melakukan amal shaleh.

6. Mengharapkan rahmat Allah, tetapi perbuatannya melampaui batas. Hal ini juga tidak mungkin tercapai, sebagaimana yang diisyaratkan oleh seorang penya’ir di dalam Bahar Basith sebagai berikut:

"Dia mengharapkan keselamatan, tapi ia tidak menempuh jalan keselamatan # Sungguh, perahupun tidak mungkin dapat berlayar di atas daratan."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelindung Terhadap Lima Perkara

Cinta Akan Lima Perkara dan Melupakan Lima Lainnya

Lima Perkara yang Tidak Boleh Diremehkan