Lima Perkara Yang Paling Utama

Diriwayatkan dari Umar ra. bahwa ia berkata sebagai berikut:

رَاَيْتُ جَمِيْعَ الأَخِلاَّءِ فَلَمْ اَرَ خَلِيْلًا اَفْضَلُ مِنْ حِفْظِ اللِّسَانِ، وَرَاَيْتُ جَمِيْعَ اللِّبَاسِ فَلَمْ اَرَ لِبَاسًا اَفْضَلُ مِنْ الوَرَعِ، وَرَاَيْتُ جَمِيْعَ المَالِ فَلَمْ اَرَ مَالاً اَفْضَلُ مِنَ القَنَاعَةِ، وَرَاَيْتُ جَمِيْعَ البِرَّ فَلَمْ اَرَ بِرًّا اَفْضَلُ مِنَ النَّصِيْحَةِ، وَرَاَيْتُ جَمِيْعَ الاَطْعِمَّةِ فَلَمْ اَرَ طَعَامًا اَفْضَلُ مِنَ الصَّبْرِ

“Aku melihat semua teman karib, maka aku tidak melihat teman karib yang lebih utama daripada memelihara ucapan. Aku melihat semua pakaian, maka aku tidak melihat pakaian yang lebih utama daripada wira’i. Aku melihat semua harta benda, maka aku tidak melihat harta benda yang lebih utama daripada qana’ah. Aku melihat semua kebaikan, maka aku tidak melihat kebaikan yang lebih utama daripada nasihat. Dan aku melihat semua makanan, lalu aku tidak melihat makanan yang lebih lezat daripada sabar.”

Yang dimaksud dengan perkataan Umar ra. diatas adalah bahwa teman karib yang paling utama adalah memelihara lisan. Banyak perbedaan antara orang yang diam karena menjaga ucapan bohong dan mengumpat, dengan orang yang diam lantaran ingin diberi kehormatan oleh raja.

Sedang pakaian yang paling utama adalah taqwa. Menurut Ibrahim bin Ad-ham, wara’ adalah meninggalkan setiap perkara yang syubhat (tidak jelas halal dan haramnya), sedangkan meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat disebut meninggalkan kelebihan-kelebihan. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. kepada Abu Hurairah ra. sebagai berikut:

"Lakukanlah wara’, maka engkau akan menjadi orang yang paling tinggi ibadahnya."

Dan kekayaan yang paling utama adalah qana’ah. Qana’ah adalah tidak melihat perkara yang tidak ada dan merasa cukup dengan perkara yang ada, sebagaimana yang dijelaskan dalam sabda Nabi Muhammad Saw. yang artinya sebagai berikut:

"Jadilah kamu orang yang wara’, niscaya kamu menjadi orang yang paling beribadah. Jadilah kamu orang yang qana’ah, niscaya kamu menjadi orang yang bersyukur; cintailah untuk orang lain apa-apa yang kamu cintai untuk dirimu sendiri, niscaya kamu menjadi orang mukmin yang paling sempurna. Berbuat baiklah dalam bertetangga dengan orang yang menjadi tetanggamu, niscaya kamu menjadi orang muslim yang sempurna. Dan sedikitlah dalam tertawa, karena banyak tertawa itu akan menjadikan hati mati."

Kebaikan yang utama adalah nasihat-nasihat, yaitu benar dalam perbuatan. 

Kebaikan dibedakan menjadi dua macam, yaitu pemberian dan makruf (kebajikan). Pemberian adalah berderma dengan mengorbankan harta di jalan yang terpuji tanpa pamrih. Menurut Ibrahim bin Ad-ham, wara' adalah meninggalkan setiap perkara yang syubhat (tidak jelas halal dan haramnya), sedangkan meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat disebut meninggalkan kelebihan-kelebihan. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. kepada Abu Hurairah ra. sebagai berikut:

“Hati tertarik karena cinta kepada orang yang telah berbuat baik kepadanya dan membenci kepada orang yang telah berbuat jelek kepadanya.”

Dengan demikian, di dalam kebaikan itu terdapat kerelaan manusia dan di dalam taqwa itu terdapat kerelaan Allah. Barangsiapa yang telah mengumpulkan keduanya, maka beraiti ia telah mendapatkan kebahagiaan yang sempurna dan kenikmatan yang meliputi.

Sedangkan makruf (kebajikan) itu juga dibedakan menjadi dua macam, yaitu: ucapan (manisnya ucapan dan pribadi yang baik) dan perbuatan (memberikan penghormatan dan menolong orang yang tertimpa musibah).

Adapun makanan yang paling lezat adalah sabar. Sabar sendiri terdiri atas tiga rukun, yaitu menahan nafsu dan benci pada qadha (ketentuan), menahan diri dari ucapan yang jelek dan menahan anggota badan dari menampar, merobek-robek saku, menjerit-jerit, mencoreng-coreng muka, dan meletakkan tanah di atas kepala.

Barangsiapa yang dapat menunaikan dasar-dasar ini, maka ia memperoleh keutamaan sabar, sedangkan sabar itu merupakan setengah daripada iman dan bencananya merupakan pemberian kebaikan semata. Sabar terdiri dari beberapa bagian, yaitu sabar terhadap perkara yang diusahakan, sabar terhadap perintah Allah dan sabar terhadap larangan-Nya, serta sabar terhadap perkara yang tidak diusahakan dan menanggung taqdir Allah SWT.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Akan Lima Perkara dan Melupakan Lima Lainnya

Pelindung Terhadap Lima Perkara

Lima Perkara yang Tidak Boleh Diremehkan