Tiada Harta Tanpa Disertai Lima Perkara Tercela

Sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Sufyan Ats Tsauri ra. berikut ini:

لاَ يَجْتَمِعُ فِى هٰذَا الزَّمَانِ لِأَحَدٍ مَالٌ إلاَّ وَعِنْدَهُ خَمْسُ خِصَالٍ: طُوْلُ الأَمَلِ، وَحِرْصٌ غَالِبٌ، وَشُحٌّ شَدِيْدٌ، وَقِلَّةُ الوَرَعِ، وَنِسْيَانُ الآخِرَةِ

“Pada zaman ini, tiada harta pada seseorang melainkan disertai oleh lima hal yang tercela, yaitu: lamunan ngelantur, tamak yang menguasainya, kikir yang berlebihan, tidak adanya lagi sifat wira’i, dan melupakan akhirat.”

Dalam mengumpulkan harta dewasa ini, tidak bisa lepas dari lima perkara yang sangat tercela, yaitu:

1. Menunggu sesuatu yang tidak mungkin terjadi.

2. Dikuasai oleh sifat rakus (tidak pernah puas terhadap setiap yang diteri-manya). Orang yang mencintai dunia dicela, sedangkan orang yang mencari kelebihannya dikritik. Mencintai dunia dikhususkan pada segala hal yang melewati batas kebutuhannya, sedangkan kelebihan dunia adalah merasa gembira dengan segala hal yang melebihi ukuran kebutuhannya. Sebagaimana yang telah diterangkan oleh Rasulullah Saw. di dalam sabdanya berikut ini:

لَيْسَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَرَكَ الدُّنْيَا لِلآخِرَةِ وَلَا الآخِرَةَ لِلدُّنْيَا وَلٰكِنْ خَيْرُكُمْ مَنْ أَخَذَ مِنْ هٰذِهِ وهٰذِهِ

“Tidak termasuk yang lebih baik diantara kamu, orang yang meninggalkan dunia karena akhirat saja, begitu juga dengan orang yang meninggalkan akhirat untuk dunia saja. Tetapi yang paling baik diantara kamu adalah orang yang mengambil ini dunia dan ini akhirat (pertengahan).”

Dalam riwayat yang lain diterangkan, bahwa sesungguhnya beliau Saw. bersabda:

نِعْمَ المَطِيَّةُ الدُّنْيَا فَارْتَحِلُوهَا تُبَلِّغُكُمْ الآخِرَةَ

“Sebaik-baik tunggangan adalah dunia, maka naiklah kepadanya, karena ia akan menyampaikanmu ke akhirat.”

Ali bin Abi Thalib karramallaahu wajhah juga pernah mengatakan sebagai berikut:

الدُّنْيَا دَارُ صِدْقٍ لِمَنْ صَدَّقَهَا وَدَارُ نَجَاةٍ لِمَنْ فَهِمَ عَنْهَا وَدَارُ غِنًی لِمَنْ تَزَوّدَ مِنْهَا

“Dunia itu tempat kebenaran bagi orang yang membenarkannya, tempat keselamatan bagi orang yang memahaminya dan tempat kecukupan bagi orang yang menjadikannya sebagai bekal.”

3. Dikuasai oleh sifat kikir.

4. Hilang sifat wara’nya. Warak adalah menjauhi perkara-perkara yang syubhat, karena takut jatuh ke dalam perkara-perkara yang haram. Dalam riwayat lain diterangkan, warak adalah senantiasa dalam kebajikan (mengerjakan amal yang baik).

5. Melupakan akhirat (tempat yang kekal abadi). Dalam hal ini seorang penyair mengatakan lewat sya’imya sebagai berikut :

"Wahai peminang dunia untuk diri sendiri # sungguh dunia telah menjadi kekasihnya di setiap hari. 

(Dunia) minta agar suami segera menikahi dan sungguh sebenarnya ia telah digauli # di tempat lain ia punya ganti suami. 

Aduhai, duniapun menerima para peminangnya # yang tiada lain adalah untuk membunuh mereka dan mereka pun terbunuh semua. 

Sungguh aku telah tertipu dan sungguh petaka # telah menjebak diriku sedikit demi sedikit.

Himpunlah bekal untuk mati, bekal, sungguh bekal # karena pengundang telah menyeru, berangkatlah, ayo berangkatlah"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Akan Lima Perkara dan Melupakan Lima Lainnya

Pelindung Terhadap Lima Perkara

Lima Perkara yang Tidak Boleh Diremehkan