Anugerah Allah Swt. yang Sangat Berharga

Abu Bakar Ash Shiddiq ra. telah mengatakan sebagai berikut:

مَا مِنْ عَبْدٍ رَزَقَهُ اللّٰهُ عَشْرَ خِصَالٍ إلاَّ وقَدْ نَجَا مِن الآفَاتِ والعَاهاتِ كُلِّهَا، وَصَارَ فِى دَرجَةِ المُقَرِّبِيْنَ، وَنَالَ دَرَجَةَ المُتَّقِينَ: أَوَّلُهَا صِدْقٌ دَائِمٌ مَعَهُ قَلْبٌ قَانِعٌ، وَالثَّانِي صَبْرٌ كَامِلٌ مَعَهُ شُكْرٌ دَائِمٌ، والثَّالِثُ فَقْرٌ دَائِمٌ مَعَهُ زُهْدٌ حَاضِرٌ، وَالرَّابِع فِكْرٌ دَائِمٌ مَعَهُ بَطْنٌ جَائِعٌ، وَالخَامِسُ حُزْنٌ دَائِمٌ مَعَهُ خَوْفٌ مُتَّصِلٌ، والسَّادِسُ جُهْدٌ دَائِمٌ مَعَهُ بَدَنٌ مُتَوَاضِعٌ، والسَّابِعُ رِفْقٌ دَائمٌ مَعَهُ رَحْمٌ حَاضِرٌ، والثَّامِنُ حُبٌّ دَائِمٌ مَعَهُ حَيَاءٌ، والتَّاسِعُ عِلْمٌ نَافِعٌ مَعَهُ حِلْمٌ دَائِمٌ، والعَاشِرُ إيْمَانٌ دَائِمٌ مَعَهُ عَقْلٌ ثَابِتٌ

“Tidak ada seorang hambapun yang dianugerahi sepuluh hal, melainkan ia selamat dari berbagai bencana dan penyakit, dia sederajat dengan Muqarrabin serta ia akan mendapatkan derajat orang yang bertaqwa, yaitu: Pertama, jujur yang terus-menerus disertai hati yang qana’ah (puas dengan apa yang ada). Kedua, kesabaran yang sempurna disertai dengan rasa syukur yang terus menerus. Ketiga, kefakiran yang abadi yang diikuti dengan sikap zuhud. Keempat, berpikir terus menerus disertai dengan perut yang lapar. Kelima, keprihatinan yang abadi diikuti rasa takut yang terus menerus. Keenam, kerja keras yang terus menerus disertai sikap rendah diri. Ketujuh, keramahan yang terus menerus disertai dengan kasih sayang. Kedelapan, cinta yang terus menerus disertai rasa malu. Kesembilan, ilmu yang bermanfaat diikuti dengan pengamalan yang terus menerus. Kesepuluh, iman yang langgeng yang disertai dengan akal yang kuat."

Yang dimaksud dengan Muqarrabin disini adalah orang-orang yang dekat kepada Allah, sedang Muttaqin (orang yang bertaqwa) adalah mereka yang meninggalkan kemauan hawa nafsu dan menjauhi semua larangan Nya.

Kejujuran itu merupakan awal dari kebahagiaan, sebagaimana yang diterangkan dalam pernyataan berikut ini:

"Barangsiapa yang sedikit kejujurannya, maka sedikit temannya." 

Mengenai kesabaran, Nabi Muhammad Saw. bersabda sebagai berikut:

"Iman yang paling utama adalah sabar dan murah hati." (HR. Ad Dailami)

Dalam riwayat yang lain diterangkan pula, bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda sebagai berikut:

"Sebaik-baik senjata orang mukmin adalah sabar dan doa."

Kaitannya dengan sikap puas dan syukur terhadap apa yang telah ada, lebih jauh Sayid Syaikh Abdul Qadir mengatakan, "Bagaimana dikatakan baik, jika anda mengagumi amal-amal kebajikan sendiri dan merasa bahwa semua itu karena kesanggupan diri sendiri serta minta pahala untuk itu, padahal semuanya itu adalah karena taufik Allah dan anugerah-Nya. Kalau toh anda menjauhi perbuatan maksiat, itupun juga karena bimbingan-Nya. Kapan lagi anda mau bersyukur atas semuanya itu, dan kapan pula anda akan mengakui kenikmatan-kenikmatan Allah yang ditumpahkan buat anda. Allah adalah yang menitahkan anda, menitahkan perbuatan anda berikut segala bentuk usaha anda. Anda hanyalah yang berusaha, tetapi Allah jualah Yang Maha Pencipta"

Mengenai kefakiran, Nabi Muhammad Saw. juga bersabda yang artinya sebagai berikut:

"Wahai golongan fakir, buatlah hati kalian rela pada (takdir) Allah, niscaya kalian akan memperoleh pahala dari kefakiran ka- liant jika tidak rela, maka tiada pahala bagi kalian."

Sementara itu, sebagian hukama mengatakan, “Kecukupan dirimu dari sesuatu itu lebih bagus daripada kebutuhanmu kepadanya.”

Sedang mengenai berfikir secara terus menerus, Nabi Muhammad Saw. juga bersabda yang artinya sebagai berikut:

"Berpikirlah tentang segala sesuatu, tapi jangan berpikir tentang Dzat Allah, karena terdapat tujuh ribu cahaya diantara langit ke tujuh sampai Kursi Allah dan Allah diatas itu semua."

Diriwayatkan pula, bahwa beliau Saw. bersabda yang artinya sebagai berikut:

"Allah menyayangi suatu kaum yang mereka disangka orang lain sakit, padahal mereka itu tidak sakit." (HR. Ibnu Mubarak)

Dan dalam kaitannya dengan terus menerus prihatin dan takut kepada Allah, Nabi Muhammad Saw. bersabda yang artinya sebagai berikut: 

"Seandainya kalian mengetahui apa yang ada pada Allah untuk kalian, pasti kalian akan bertambah senang dengan kefakiran dan butuh." (HR. Imam Tirmidzi)

Diriwayatkan pula oleh Imam Baihaqy, bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda yang artinya sebagai berikut:

"Telah cukup membuktikan ilmu seseorang jika ia takut kepada Allah, dan cukup membuktikan kebodohannya jika ia mengagumi amal perbuatannya sendiri."

Dalam riwayat yang lain diterangkan pula, bahwa beliau Saw. bersabd.i yang artinya sebagai berikut:

"Bahwasanya yang masuk ke surga hanyalah orang yang mengharapkannya dan bahwasannya orang yang menjauhi neraka hanyalah orang yang takut terhadapnya dan bahwasannya Allah hanya merahmati orang yang penyayang."

Adapun tentang tawadhuk (rendah hati), Abu Nu’aim telah meriwayatkan sebuah hadits Nabi Muhammad Saw. yang menyatakan, bahwa beliau Saw. bersabda yang artinya sebagai berikut:

"Bersikaplah tawadhuk dan bergaullah bersama orang-orang miskin, niscaya engkau akan termasuk golongan warga besar Allah dan keluar dari sikap sombong."

Syaikh Abdid Qadir Al Jailani juga pernah mengatakan:

"Jika kamu memerangi nafsumu dan kamu membunuhnya dengan senjata yang berupa pembangkangan terhadap ajakannya, maka Allah akan menghidupkan nafsu itu kembali, dan ia pun akan menyerangmu kembali dan mengajakmu pada berbagai kesenangan dan kelezatan supaya kamu kembali memeranginya dan Allah mencatat pahala yang terus menerus bagimu karenanya."

Hal itu juga berdasarkan firman Allah dalam surat Al Hijr ayat 90 yang artinya sebagai berikut:

"Beribadahlah kepada Tuhanmu sampai datang kepadamu keyakinan."

Firman Allah tersebut diatas mengandung pengertian: "Tentang jiwamu, wahai makhluk yang paling mulia sembahlah Allah, taatilah perintah-Nya sampai datang kepadamu kematian. Nafsu tetap disebut nafsu, karena ia bertentangan dengan ibadah, nafsu enggan beribadah dan ia selalu mengharapkan yang bertentangan dengan ibadah."

Sedang mengenai sikap kasih sayang, diterangkan dalam sebuah hadits sebagai berikut:

"Sesungguhnya Allah mencurahkan kasih sayang-Nya kepada hambci-hamba-Nya yang penyayang."

Dan mengenai cinta kepada Allah dan malu kepada-Nya, Abu Nu’aim meriwayatkan sebuah hadits Nabi Muhammad Saw. yang menerangkan, bahwa beliau Saw. bersabda yang artinya sebagai berikut:

"Apakah kamu semua mau masuk ke dalam surga?" Mereka menjawab, "Ya wahai Rasulullah." Beliau Saw. bersabda, “Sedikitkanlah angan-angan kalian dan tetapkanlah ajal kalian di depan mata, dan malulah kalian kepada Allah (lengan yang sebenarnya. ’’ Mereka berkata,"Wahai Rasulullah, kami semua telah malu kepada Allah. ” Rasulullah Saw. bersabda, “Malu kepada Allah tidak begitu, akan tetapi malu kepada Allah itu adalah tidak melupakan kuburan dan kehancuran tubuh, tidak melupakan perut dan makanan yang dikandungnya, dan kalian jangan melupakan kepala dan apa yang dipikirkannya. Barangsiapa yang menginginkan kemuliaan akhirat, ia akan meninggalkan perhiasan dunia, saat itulah seorang hamba merasa malu kepada Allah dan disitu pula ia mendapat pertolongan dari Allah SWT."

Adapun mengenai ilmu dan pengamalannya, Ibnu Adi telah meriwayatkan bahwa Nabi Saw. bersabda sebagai berikut:

"Pelajarilah ilmu apapun yang engkau mau mempelajarinya dan Allah tidak membuat ilmu bermanfaat untukmu sehingga engkau mau mengamalkan ilmu yang telah engkau pelajari itu."

Imam Baihaqy juga telah meriwayatkan, bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda yang artinya sebagai berikut:

Afat (penyakit) kejuaraan adalah kegemaran dipuji secara berlebihan, afat keberanian adalah kegemaran menyimpang dari kebenaran, afat kemurahan adalah menyebut-nyebut pemberian, afat kecantikan adalah kesukaan mejeng, afat ibadah adalah menghentikannya, afat omongan adalah dusta, afat ilmu adalah lupa, afat sikap marah hati adalah sikap tolol, afat kedudukan adalah kesombongan dan afat kedermawanan adalah pengeluaran secara berlebihan."

Dan mengenai akal yang kuat, hendaklah ia ketahui bahwa akal ini adalah merupakan sumber peradaban. Sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian sastrawan sebagai berikut:

"Sebaik-baik anugerah adalah akal dan sejelek-jelek musibah adalah kebodohan."

Sebagian yang lain juga mengatakan sebagai berikut:

"Teman setiap orang adalah akalnya, dan musuhnya adalah kebodohannya dan sungguh Allah telah menjadikan akal sebagai pokok dan tiang agama."


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Akan Lima Perkara dan Melupakan Lima Lainnya

Pelindung Terhadap Lima Perkara

Lima Perkara yang Tidak Boleh Diremehkan