Delapan Anugerah Dari Allah SWT
Sayyidina Umar ra. pernah mengatakan yang artinya sebagai berikut: "Barangsiapa yang menjauhi banyak bicara, maka akan dianugerahi hikmah. Siapa yang menjauhi banyak melihat (sesuatu yang tidak baik), niscaya dianugerahi hati yang khusyu’. Barangsiapa yang menjauhi banyak makan, niscaya akan dianugerahi kelezatan ibadah. Barangsiapa yang menjauhkan diri dari banyak tertawa, maka akan dianugerahi kewibawaan. Barangsiapa yang meninggalkan bergurau, niscaya akan dianugerahi wibawa yang anggun. Barangsiapa yang menjauhkan diri dari cinta dunia, maka akan dianugerahi rasa kecintaan terhadap akhirat. Barangsiapa yang meninggalkan kesibukan dari meneliti aib orang lain, niscaya akan dianugerahi perbaikan aib dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang meninggalkan mengintai-intai keadaan Allah, maka ia akan dianugerahi kebebasan dari kemunafikan."
Tentang berbicara yang berlebihan, Nabi Muhammad Saw. bersabda yang artinya sebagai berikut:
"Manisnya iman tidak akan masuk ke dalam hati seseorang, sehingga ia meninggalkan sebagian pembicaraan karena dikhawatirkan berdusta, meskipun pembicaraannya itu benar, dan meninggalkan sebagian perbuatan yang terlihat, meskipun perbuatan itu benar." (HR. Ad Dailami)
Sedang mengenai hati yang khusyu', diantara tanda-tandanya adalah jika seseorang tetap dapat menerima dengan rela jika dimarahi, ditentang atau ditolak.
Adapun tentang meninggalkan makan yang berlebihan, Nabi Muhammad Saw. telah bersabda sebagai berikut:
"Barangsiapa menahan diri dari makanan yang sangat berlebihan dengan kesabaran yang baik, maka Allah akan menempatkannya di dalam surga Firdaus, sesuai dengan kehendak-Nya." (HR. Abu Syaikh)
Imam Daruquthni juga telah meriwayatkannya dari jalan lain, yang artinya sebagai berikut:
"Siapa saja yang menginginkan syahwatnya, kemudian ia mengekangnya dan melupakan keinginan dirinya, maka ia akan diampuni dosanya."
Dan tertawa yang berkaitan dengan kewibawaan seseorang, Rasulullah Saw. telah menggambarkan di dalam sabdanya yang artinya sebagai berikut:
"Sesungguhnya seseorang yang melontarkan kata-kata yang hanya untuk membuat orang lain tertawa, adalah ia akan menukik lebih jauh dibanding jarak antara langit dan bumi, dan terpeleset lisan itu lebih dahsyat daripada terpeleset kedua kaki."
Sehubungan dengan bergurau, Nabi Saw. juga bersabda sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Ad Dailami yang artinya sebagai berikut: "Diam itu menjadi pemuka/rajanya budi pekerti, barangsiapa bergurau maka ia akan diremehkan orang."
Jika terpaksa harus bergurau, maka bagi orang yang berakal akan selalu berpijak pada dua hal:
a. Merindukan orang berteman dan kasih sayang kepada teman bergaul.
b. Untuk menghilangkan kebosanan (kejenuhan) dan menghilangkan kebingungan berbicara. Juga tidak menggunakan hal-hal (kata-kata) yang jorok (tidak pantas diucapkan).
Sedang masalah cinta terhadap dunia dan akhirat, perlulah diketahui, bahwa sesungguhnya dunia dan akhirat itu saling mencari dan dicari. Orang yang selalu mencari dunia, maka ia pun akan selalu dikejar oleh akhirat sampai ajal menjemputnya dan mencekik lehernya.
Dan mengenai suka menilai aib orang lain, Nabi Saw. bersabda yang artinya sebagai berikut:
"Enam perkara dapat membatalkan berbagai amal, yaitu: sibuk dengan aib orang lain, mencintai dunia, sedikit malu, panjang angan-angan dan berbuat zhalim yang tidak berkesudahan." (HR. Ad Dailami)
Komentar
Posting Komentar