Delapan Macam Perhiasan
Diriwayatkan dari Abu Bakar Ash Shiddiq ra. bahwa ia berkata sebagai berikut:
ثَمَانِيَةُ أَشْيَاءَ هُنَّ زِينَةٌ لِثَمَانِيَةِ أَشْيَاءَ: العَفَافُ زِيْنَةُ الفَقْرِ، وَالشُّكْرُ زِيْنَةُ النِّعْمَةِ، وَالصَّبْرُ زِينَةُ البَلاَءِ، وَالتَّوَاضُعُ زِينَةُ الحَسَبِ، وَالحِلْمُ زِيْنَةُ العِلْمِ، وَالتَذَلُّلُ زِينَةُ المُتَعَلِّم، وَتَرْكُ المَنَ زِينَةُ الإِحْسَانِ، وَالخُشُوعُ زِينَةُ الصَّلاَةِ
"Tidak meminta-minta adalah hiasan kefakiran. Bersyukur adalah perhiasan nikmat. Sabar adalah perhiasan bencana. Tawadhuk adalah perhiasan leluhur. Sikap penyantun menjadi hiasan ilmu. Rendah hati menjadi hiasan penuntut ilmu. Meninggalkan pemberian adalah perhiasan kebaikan. Dan khusyu' adalah perhiasan shalat."
Menurut Abu Bakar Ash Shiddiq ra. bahwa ada delapan perhiasan bagi delapan perkara lainnya, diantaranya yaitu:
Pertama, tidak meminta-minta menjadi perhiasan bagi kefakiran, sebagaimana sabda Nabi Saw. sebagai berikut:
"Bingkisan orang mukmin di dunia adalah kefakiran." (HR. Ad Dailami)
Kedua, syukur menjadi perhiasan terhadap nikmat. Bersyukur dapat mengekalkan berbagai nikmat yang telah ada dan merupakan perantara untuk mendapatkan nikmat yang belum ada (lainnya).
Ketiga, sabar adalah merupakan perhiasan bencana, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. yang artinya sebagai berikut:
"Sabar itu menjadi penutup berbagai kebingungan dan menolong berbagai urusan."
Ali bin Abi Thalib r. a. juga pernah mengatakan yang artinya sebagai berikut:
"Kesabaran adalah kendaraan yang tidak pernah terjerembab. Dan Qana’ah adalah pedang yang tidak pernah tumpul."
Keempat, sopan santun adalah perhiasan bagi leluhur, yaitu segala sesuatu yang menjadi kebanggaan manusia, baik berupa nasab, agama, harta benda, kemurahan hati maupun keberaniannya. Dan diantara tanda tanda sopan santun (tawadhuk) adalah suka merendahkan diri dan menerima kebenaran dari mana saja asalnya, baik dari atasan mau pun bawahan.
Kelima, sikap penyantun sebagai perhiasan ilmu, sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah hadits Nabi Saw. yang artinya sebagai berikut:
Bahwa seorang perempuan dari tawanan berkata kepada Nabi Muhammad Saw. kemudian Nabi Muhammad Saw. bertanya kepadanya, “Siapa kamu?” Jawabnya, “Anak seorang laki-laki yang pemurah, yaitu Hatim." Lalu Nabi Muhammad Saw. berkata, “Kasihanilah kaum yang mulia, kemudian ia jatuh hina, kasihanilah orang yang kaya, kemudian ia fakir, dan kasihanilah orang alim yang terlantar di tengah-tengah orang bodoh."
Keenam, rendah hati adalah perhiasan bagi orang yang sedang menuntut ilmu. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad Saw. yang diriwayatkan oleh Abu Ya’la yang artinya sebagai berikut:
"Barangsiapa yang keluar untuk mencari ilmu, maka Allah akan membukakan kepadanya pintu ke surga, dan malaikat merentangkan sayapnya, dan baginya pula para Malaikat penghuni langit serta ikan-ikan di laut memohonkan rahmat kepada Allah."
Ketujuh, tidak menerima pemberian adalah perhiasan kebaikan, yakni termasuk perbuatan yang mulia.
Kedelapan, khusyuk adalah merupakan perhiasan bagi shalat, yaitu rasa takut yang terus-menerus di dalam hati.
Komentar
Posting Komentar