Induk Dari Segala Kesalahan
Dalam sebuah riwayat diterangkan, bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda, "Allah telah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa bin Imran di dalam kitab Taurat sebagai berikut:
اِنَّ أُمَّهَاتَ الخَطَايَا ثَلاَثَةٌ: الكِبْرُ، وَالحَسَدُ، والحِرْصُ، فَنَشَأَ مِنْهَا سِتَّةٌ فَصَرْنَ تِسْعَةً الأُوْلَى مِن السِّتَّةِ الشُّبْعُ، وَالنَّوْمُ، وَالرَّاحَةُ، وَحُبُّ الأَمْوَالِ، وَحُبُّ الثَّنَاءِ وَالمَحْمَدَةِ، وَحُب الرِّيَاسَةِ
"Sesungguhnya induk dari segala kesalahan itu ada tiga, yaitu: sombong, hasud, dan rakus. Lalu dari yang tiga itu muncullah enam macam yang lainnya,sehingga menjadi sembilan, yaitu: kenyang, tidur, bersenang-senang, mencintai harta, mencintai pujian (senang dipuji), dan senang jabatan."
Mengenai sikap sombong, Rasulullah Saw. bersabda sebagai berikut:
"Sikap sombong itu menolak kebenaran dan meremehkan orang lain."
Barangsiapa yang merasa dirinya agung dan melihat orang lain rendah, maka ia termasuk orang yang sombong.
Sedang mengenai hasud, Mu’awiyah ra. berkata yang artinya sebagai berikut:
"Tidak ada kejahatan yang lebih parah daripada dengki. Orang yang dengki dapat membunuh sebelum ia sampai kepada orang yang ia dengki."
Rakus dalam menghadapi dunia, Malik bin Dinar ra. berkata, "Jika badan sakit, maka tiada berarti makanan, minuman, hidup dan kesenangan. Begitu juga jika hati sudah mencintai dunia, maka tidak berguna lagi sebuah nasihat."
Tentang mencintai harta, Sayid Abdullah Al Haddad berkata sebagai berikut:
"Engkau harus mengeluarkan dari hatimu rasa cinta terhadap emas dan perak, sehingga dua benda itu engkau pandang seperti batu dan tanah."
Begitu juga dengan rasa senang terhadap pujian, hendaknya dihilangkan sedapat mungkin, sehingga dipuji atau dicela itu tidak ada bedanya (dirasakan sama saja).
Lain halnya dengan cinta kekuasaan atau pangkat dan jabatan, hendaknya dihilangkan dari dalam dirinya secara total, sehingga rasanya sama saja antara menjadi perhatian orang atau diabaikan orang. Cinta pangkat atau jabatan itu lebih berbahaya daripada cinta harta, meskipun keduanya menunjukkan adanya indikasi kecintaan terhadap duniawi. Pangkal kecintaan terhadap pangkat atau jabatan itu adalah cinta keagungan, padahal keagungan hanyalah milik Allah. Sedang pangkal cinta terhadap harta adalah kesenangan hidup penuh nikmat, dimana kegemaran seperti ini adalah merupakan sifat binatang.
Komentar
Posting Komentar