Perkara Belum Dianggap Baik Sebelum Diikuti yang Lainnya

Sebagaimana yang dikatakan oleh Umar ra. berikut ini:

عَشْرَةٌ لاَ تَصْلُحُ بِغَيْرِ عَشْرَةٍ: لاَ يَصْلُحُ العَقْلُ بِغَيْرِ وَرَعٍ، وَلاَ الفَضْلُ بِعَيْرِ عِلْمٍ، ولاَ الفَوْزُ بِغَيْرِ خَشْيَةٍ، وَلاَ السُّلْطَانُ بِغَيْرِ عَدْلٍ، وَلاَ الحَسَبُ بِغَيْرِ أَدَبٍ، وَلَا السُّرُوْرُ بِغَيْرِ أَمْنٍ، وَلاَ الغِنَى بِغَيْرِ جُوْدٍ، ولاَ الفَقْرُ بِغَيْرِ قَنَاعَةٍ، وَلاَ الرِّفْعَةُ بِغَيْرِ تَوَاضُعٍ، ولاَ الجِهَادُ بِغَيْرِ تَوْفِيقٍ

"Sepuluh perkara belum dianggap baik sebelum diikuti oleh sepuluh perkara lainnya, yaitu: Akal belum baik tanpa diikuti sikap wara’i. Amal perbuatan belum dianggap baik tanpa dibarengi ilmu. Keberuntungan belum dianggap baik tanpa diikuti dengan taqwa kepada Allah. Penguasa belum dianggap baik tanpa dibarengi keadilan, reputasi belum dianggap baik tanpa dibarengi tata krama (kesopanan). Kesenangan belum nyaman tanpa dibarengi keamanan, kekayaan belum dianggap baik tanpa disertai sikap qana’ah (menerima apa adanya). Keluhuran nasab belum dianggap baik tanpa disertai sikap tawadhuk (rendah hati), dan perjuangan menuju kebenaran belum dianggap baik tanpa diiringi taufik Allah SWT."

Amal tanpa disertai sikap wara'i itu belum dinilai baik, sebagaimana yang dikatakan oleh Amir bin Qais berikut ini:

"Jika akalmu mengerti tentang sesuatu yang tidak pantas, maka kamu berarti orang yang berakal."

Rasulullah Saw. juga telah bersabda yang aninya sebagai berikut: "Akal adalah cahaya di dalam hati yang dapat membedakan antara yang hak dan yang bathil"

Mengenai amal perbuatan yang disertai ilmu, Imam Hakim telah meriwayatkan sebuah hadits Nabi Muhammad Saw., bahwa beliau Saw. bersabda yang artinya sebagai berikut:

"Sebaik-baik amal adalah ilmu mengenai Allah, karena sesungguhnya amal sedikit maupun banyak akan bermanfaat beserta ilmu, dan sesungguhnya amal baik sedikit maupun banyak tidak akan berarti apa-apa beserta kebodohan."

Dan keberuntungan itu belum dianggap baik sebelum disertai taqwa kepada Allah, baik keberuntungan berupa kesuksesan mencapai sesuatu yang dicita-citakan maupun terhindar dari marabahaya. 

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. berikut ini:

Tidak akan masuk neraka orang yang menangis karena takut siksa Allah, sehingga air susu masuk lagi ke dalam teteknya." (HR. Abu Hurairah ra.)

Sedang mengenai keadilan penguasa, Nabi Muhammad Saw. bersabda yang artinya sebagai berikut:

"Orang yang paling dicintai oleh Allah dan yang paling dekat dengan-Nya nanti pada hari kiamat adalah pemimpin yang adil. Adapun orang yang paling dimurkai oleh Allah dan yang paling jauh dengan-Nya pada hari kiamat nanti adalah pemimpin yang berbuat zhalim." (HR. Imam Ahmad dan Tirmidzi)

Adapun mengenai reputasi, seperti prestasi ilmu atau prestasi keberanian, itu belum dianggap baik tanpa dibarengi tata krama. Sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian ahli hukama berikut ini:

"Ilmu adalah kemuliaan yang tiada tara nilainya dan tata krama adalah harta yang tidak dikhawatirkan."

Tentang kedermawanan, Nabi Muhammad Saw. juga telah bersabda yang artinya sebagai berikut:

"Orang yang dermawan itu dekat kepada Allah, dekat kepada manusia, dekat kepada surga, dan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang kikir itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat dengan neraka. Orang bodoh yang pemurah lebih dicintai oleh Allah daripada ahli ibadah yang kikir."

Mengenai qana’ah dan wara’i dalam kefakiran, Nabi Muhammad Saw. bersabda yang artinya sebagai berikut:

"Jadilah engkau orang wara'i, maka kamu menjadi orang yang ahli ibadah, dan jadilah kamu orang yang qana’ah, niscaya kamu akan menjadi orang yang paling bersyukur. Cintailah orang lain seperti engkau mencintai dirimu sendiri, maka engkaulah orang mukmin, berlaku baiklah kamu terhadap tetangga, maka engkaulah orang muslim, dan kurangilah tertawamu, karena terlalu banyak tertawa dapat mengeraskan hati."

Abdullah bin Mubarak juga telah berkata sebagai berikut:

"Menampakkan kecukupan di saat jatuh miskin itu lebih bagus daripada miskin itu sendiri."

Adapun sikap tawadhuk yang harus diperbuat oleh seseorang vang bernasab mulia dan berpangkat tinggi, adalah menerima kebenaran dan tidak berpaling dari hukum.

Suatu perjuangan dapat dikatakan disertai taufik Allah, jika ternyata dalam setiap gerak langkah juangnya itu selalu berada pada jalan Allah yang penuh dengan ridha-Nya.

Sebagaimana yang telah digambarkan oleh Rasulullah Saw. di dalam sabdanya berikut ini:

"Perjuangan yang paling utama adalah memerangi hawa nafsumu dalam rangka mencari ridha Allah SWT." (HR. Ad Dailami)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Akan Lima Perkara dan Melupakan Lima Lainnya

Pelindung Terhadap Lima Perkara

Lima Perkara yang Tidak Boleh Diremehkan