Perkara Dunia yang Tidak Layak Dicintai Ulama
Dalam sebuah pernyataan diterangkan, bahwa pada suatu ketika Yahya bin Mu’adz Ar Razi ra. melihat seorang faqih (alim) menyukai pekara duniawi, maka Ar Razi berkata kepadanya sebagai berikut:
يَا صَاحِبَ العِلْمِ وَالسُّنَّةِ، قُصُوْرُكُمْ قَيْصَرِيَّةٌ، وَبُيُوْتُكُمْ كِسْرَوِيَّةٌ، وَمَسَاكِنُكُمْ قَارُونِيَّةٌ، وَأَبْوَابُكُم طَالُوْتِيَّةٌ، وَثِيَابُكُم جَالُوتِيّةٌ، وَمَذَاهِبُكُمْ شَيْطَانِيَّةٌ، وضِيَاعُكُم مَرْوَانِيَّةٌ، وَوِلاَيَتُكُم فِرْعَوْنِيَّةٌ، وقُضَاتُكُمْ عَاجِلِيَّةٌ أَصْحَابُ الرِشْوَةِ غَشَّاشَةٌ، وأئِمَّتُكُم جَاهِلِيَّةٌ فَأَيْنَ المُحَمَّدِيَّةُ؟
"Wahai yang mempunyai ilmu dan sunnah, gedung-gedungmu ala Kaisar Romawi, rumah-rumahmu ala Kisra Persia, tempat- tempat tinggalmu ala Qarun zaman Nabi Musa, gerbang-gerbangmu menjulang tinggi ala raja Thalut, busana-busanamu semewah Jalut, jalan-jalan hidupmu aliran syaitan, perbuatan-perbuatanmu aliran Marwan, kekuasaanmu macam Fir’aun, hakim-hakimmu gegabah dalam memutuskan hukum lagipula gemar makan suap dan khianat, dan para imammu setolol Jahiliah, kalau begitu dimana pelaksanaan ajaran Muhammad?"
Gedungnya laksana gedungnya Kaisar, kaisar adalah gelar untuk raja-raja Romawi. Rumahnya yang laksana rumah Kisra, yakni raja Persia. Qarun adalah hartawan yang menentang Nabi Musa dan akhirnya ia sendiri ditelan bumi berikut harta kekayaannya. Thalut adalah raja yang hidup di masa Nabi Dawud, sedang Jalud adalah raja zhalim yang menjadi musuhnya, yang kemudian mati terbunuh dalam peperangan melawan Nabi Dawud. Marwan bin Hakam, adalah raja dari Dinasti Umayyah yang berkuasa setelah Mu’awiyah II, yaitu pada tahun 65 H/684 M. Marwan memiliki dua orang putra, yaitu Abdul Malik dan Abdul Aziz. Abdul Malik memiliki putra Walid, Sulaiman, Yazid, dan Hisyam. Semuanya menjadi raja di negeri Syam secara berturut-turut. Sedang Abdul Aziz memiliki putra Umar, yang kemudian juga menjadi raja di Syam menggantikan Sulaiman, saudara sepupunya tersebut.
Seorang penyair mengatakan di dalam syairnya sebagai berikut: "Wahai orang yang munajat kepada Tuhannya dengan berbagai macam tutur kata # Dan orang yang mencari tempat tinggalnya di negeri yang penuh sentosa. Wahai orang yang menunda-nunda taubat dari tahun ke tahun # Apakah yang membuatmu melihat, ada diantara orang yang meluruskan dirimu? Wahai orang yang lengah, Sungguh! Seandainya saja engkau lakukan puasa di harimu # Dan engkau semarakkan sepanjang malammu dengan shalat. Dan engkau persempit dirimu, dengan sedikit makan dan sedikit saja minum # Niscaya lebih patut bagimu, untuk mendapatkan kedudukan yang mulia. Dan memperoleh kemuliaan yang agung dari sisi Tuhan seluruh manusia # Beroleh juga keridhaan yang agung dari Tuhan Yang Maha Agung lagi Maha Mulia."
Penyair lainnya juga mengatakan sebagai berikut:
"Pilihlah pekerjaan yang lebih baik untuk kamu kerjakan # Sesungguhnya yang menjadi teman seseorang di dalam kubur adalah amal perbuatan. Lalu jika kamu sibuk dengan sesuatu, maka janganlah # Kesibukan itu berupa sesuatu yang tidak diridhai oleh Allah. Tiada yang menyertai manusia setelah mati # Ke kubur, selain dari amal perbuatannya. Ingatlah! Bahwasannya manusia itu hanyalah # Tamu yang singgah sebentar, kemudian pergi lagi."
Penyair yang lainnya juga mengatakan sebagai berikut:
"Kepada rumah aku bertanya, “Katakan kepadaku sedang apa para kekasih? ’’ # Kepadaku rumah berkata, “Mereka diam sejenak dan telah pergi lagi." Kataku lagi, "Hai rumah, kemana mereka pergi biar aku cari." # “Hai rumah, tahukah anda? Di tempat mana mereka kini berada.” Rumah berkata, “Mereka telah menempati kuburan.” # “Dan telah bertemu dengan teman, demi Allah! Dengan hasil yang mereka usahakan. Alangkah buruknya, mereka yang terpedaya dan tertipu oleh angan-angan # Hai orang yang bertanya kepadaku, tentang mereka yang telah direnggut oleh negaranya. Di dalam lembaran-lembaran kaum itu # Hanya tercatat perbuatan-perbuatan buruk dan kesalahan-kesalahan. Jika mereka meminta tolong, maka tiada seorangpun yang dapat menolong mereka # Dan tiada tempat berlindung bagi mereka di alam kubur, dan tidak ada upaya bagi mereka untuk menyelamatkan diri. Kecuali kesedihan dan penyesalan di alam kubur mereka # Akan tetapi, tiada gunanya penyesalan mereka, karena nasi sudah menjadi bubur."
Komentar
Posting Komentar