Tahapan Menjadi Insan Kamil (Mukmin yang Sempurna)

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. yang artinya sebagai berikut:

لاَ يَكُوْنُ العَبْدُ فِى السَّمَاءِ ولاَ فِى الأَرْضِ مُؤْمِنًا حَتَّى يَكُوْنَ وُصُوْلاً، وَلاَ يَكُوْنُ وُصُوْلاً حَتَّى يَكُوْنَ مُسْلِمًا، ولاَ يَكُوْنُ مُسْلِمًا حَتَّى يَسْلُمُ النَّاسُ مِن يَدِهِ وَلِسَانِهِ، وَلاَ يَكُوْنُ مُسْلِمًا حَتَّى يَكُوْنَ عَالِمًا، وَلاَ يَكُوْنُ عَالِمًا حَتَّى يَكُوْنُ بِالعِلْمِ عَامِلاً، وَلاَ يَكُوْنُ بِالعِلْمِ عَامِلاً حَتَّى يَكُوْنَ زَاهِدًا، وَلاَ يَكُوْنُ زَاهِدًا حَتَّى يَكُوْنَ وَرَعًا، وَلاَ يَكُونُ وَرَعًا حَتَّى يَكُوْنَ مُتَوَاضِعًا، وَلاَ يَكُوْنُ مُتَوَاضِعًا حَتَّى يَكُوْنَ عَارِفًا بِنَفْسِهِ، ولاَ يَكُوْنُ عَارِفًا بِنَفْسِهِ حَتَّى يَكُوْنَ عَاقِلاً فِى كَلاَمِهِ

"Tidaklah seorang hamba di langit dan di bumi disebut sebagai orang mukmin, sebelum ia menjadi orang yang banyak bersilaturrahim. Ia tidak menjadi orang yang bersilaturrahim, sebelum ia muslim. Dan ia tidak menjadi orang muslim, sebelum orang lain merasa aman dari tangan dan lidahnya. Ia tidak menjadi muslim, sebelum ia alim. Ia tidak menjadi alim, sebelum mengamalkan ilmunya. Ia tidak mengamalkan ilmunya, sebelum ia bersikap zuhud. la tidak menjadi orang yang zuhud, sebelum ia menjadi orang wara' Dan ia tidak akan menjadi orang yang wara' sebelum ia bersikap tawadhuk. Ia tidak menjadi orang yang tawadhuk, sebelum ia mengenal dirinya sendiri, dan ia tidak akan mampu mengenali dirinya sendiri, sebelum ia berpikir dalam ucapannya."

Mengenai menjadi orang yang tawadhuk (rendah hati), Anas bin Malik mengatakan sebagai berikut:

"Adalah Rasulullah Saw. senang menjenguk orang yang sedang sakit, mengantarkan jenazah, menunggangi keledai dan menghadiri undangan dari hamba sahaya."

Diriwayatkan pula oleh Abu Nu’aim, bahwa Rasulullah Saw. bersabda sebagai berikut:

"Barangsiapa yang baik rupanya, berkedudukan yang mengharumkannya, tapi rendah hati (tawadhuk), maka ia termasuk orang yang dekat dengan Allah pada hari kiamat (nanti)."

Sedang menjadi orang yang arif (mengenali) dirinya sendiri, seorang penyair berkata lewat sya’imya sebagai berikut:

"Wahai anak cucu Adam, janganlah kamu tertipu oleh kesejahteraan hidup # Adalah terbatas umurmu. Tiada lain, engkau bagaikan tanaman yang hijau ranum # Setiap perkara akan ditimpa penyakit. Jika kamu selamat dari berbagai penyakit # Maka kamu akan dituai pada saat ajalmu tiba."

Adapun selalu menggunakan akal dalam berbicara, Bisyr bin Al Harits ra. berkata sebagai berikut:

"Jika kamu kagum mengapa bicara, maka diamlah! Dan jika kagum mengapa diam, maka berbicaralah!"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Akan Lima Perkara dan Melupakan Lima Lainnya

Pelindung Terhadap Lima Perkara

Lima Perkara yang Tidak Boleh Diremehkan