Kalimat-kalimat Yang Mengandung Hikmah
Dalam sebuah riwayat dikisahkan, bahwa salah seorang raja pernah memanggil lima ahli hikmah untuk berkumpul bersama. Lalu ia meminta agar masing-masing (ahli hikmah tersebut), mengemukakan dua kalimat hikmah, sehingga jumlahnya menjadi sepuluh kalimat hikmah.
Ahli hikmah yang pertama mengatakan sebagai berikut:
خَوْفُ الخَالِقِ اَمْنٌ وَأَمْنُهُ كُفْرٌ، وَأَمْنُ المَخْلُوقِ عِتْقٌ وَخَوْفُهُ رِقٌّ
"Takut kepada Maha Pencipta (Allah) menjadi jaminan keamanan, sedang merasa aman dari siksa Allah menjadi sumber ketakutan. Tidak merasa takut kepada sesama makhluk itu merupakan pangkal kemerdekaan, sedang merasa takut kepada sesama makhluk itu adalah pangkal tawanan."
Sementara ahli hikmah yang kedua mengemukakan sebagai berikut:
الرَّجَاءُ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى غِنًي لاَ يَضُرُّهُ فَقْرٌ، وَاليَأْسُ عَنْهُ فَقْرٌ لاَ يَنْفَعُ مَعَهُ غِنًي
"Adanya harapan kepada Allah itu merupakan kekayaan yanag tidak tergoyahkan oleh kefakiran, dan putus asa dari kemurahan Allah itu merupakan kefakiran yang tidak dapat tertutup oleh kekayaan."
Dalam hal ini Dzun Nun Al Misri berkata yang artinya sebagai berikut:
"Barangsiapa merasa puas dengan apa yang dimilikinya, maka ia tidak begitu memerlukan orang-orang yang hidup bersamanya dan dapat melebihi diatas teman-teman sebayanya."
Adapula yang mengatakan sebagai berikut:
"Barangsiapa yang matanya melotot karena tergiur terhadap sesuatu yang ada di tangan orang lain, maka kesusahannya akan bertambah panjang."
Sebagian pujangga juga telah mengatakan di dalam Bahar Wafir sebagai berikut:
"Kemurahan hati di saat dia sendiri lapar dapat menaikkan harga diri pemuda tf Pada suatu hari ia berbuat cemar, di hari itu pula ia menjadi mulia."
Maksudnya bahwa kesanggupan bermurah hati, di saat diri sendiri tengah kelaparan, akan dapat menaikkan harga diri. Jika kesanggupan ini dimiliki oleh seorang pemuda, lalu di suatu saat yang lain ia berbuat cemar, maka kecemaran itu akan tertutup dan terhapus lantaran kemurahan hatinya.
Sedang ahli hikmah yang ketiga menyampaikan sebagai berikut:
لاَ يَضُرُّ مَعَهُ غِنَي القَلْبِ فَقْرُ الكَيْسِ، وَلاَ يَنْفَعُ مَعَ فَقْرِ القَلْبِ غِنَي الكَيْسِ
"Kemelaratan harta itu tidak berbahaya, selagi dibarengi kekayaan hati, dan kekayaan harta itu tidak bermanfaat, selagi dibarengi kemelaratan hati."
Dalam hal ini Wahab mengatakan:
"Sesungguhnya kemuliaan dan kekayaan keduanya keluar berjalan sambil mencari teman, kemudian keduanya bertemu dengan qana'ah, maka tetaplah mereka berdua."
Di dalam Kitab Zabur juga diterangkan sebagai berikut:
"Orang yang qana’ah itu kaya, meskipun dia kelaparan."
Ahli hikmah yang keempat juga mengatakan sebagai berikut:
لاَ يَزْدَادُ غِنَي القَلْبِ مَعَ الجُودِ إلاَّ غِنًى، وَلاَ يَزْدَادُ فَقْرُ القَلْبِ مَعَ غِنَي الكَيْسِ إلاَّ فَقْرٌ
"Kekayaan hati hanya akan menambahkan kekayaan bagi dermawan dan kemelaratan hati juga hanya akan menambahkan kemelaratan bagi kekayaan harta."
Dalam hal ini Ad Daqqaq menyatakan yang artinya sebagai berikut: "Barangsiapa yang tidak disertai ketaqwaan di dalam kefakirannya, maka ia akan memakan yang haram."
Begitu juga dengan ahli hikmah yang kelima, ia menyampaikan sebagai berikut:
أَخْذُ القَلِيلُ مِنَ الخَيْرِ خَيْرٌ مِنْ تَرْكِ الكَثِيْرِ مِنَ الشَّرِّ، وَتَرْكُ الجَمِيْعِ مِنَ الشَّرِّ خَيْرٌ مِنْ أَخْذِ القَلِيلِ مِنَ الخَيْرِ
"Mengambil kebaikan yang sedikit lebih baik daripada meninggalkan kejelekan yang banyak dan meninggalkan semua kejelekan itu lebih lebih baik daripada mengambil kebaikan yang sedikit."
Perkataan ahli hikmah yang kelima ini mendekati perkataan sebagian tabib:
"Semua delima itu baik dan semua ikan itu jelek, namun makan ikan sedikit itu lebih baik daripada delima yang banyak."
Komentar
Posting Komentar