Para Kekasih dan Musuh Iblis

Sebagaimana hadits Nabi Muhammad Saw. yang diriwyatkan dari Ibnu Abbas ra. bahwa ia berkata sebagai berikut:

"Pada suatu hari Nabi Muhammad Saw. bertanya kepada iblis terlaknat, "Berapa kekasihmu dalam amatku". Ia (iblis) menjawab, "Sepuluh golongan, yaitu: Imam (pemimpin) yang menyeleweng, orang yang sombong, orang kaya yang tak peduli darimana diperoleh kekayaannya dan kemana ia akan membelanjakannya, orang alim yang mendukung (membenarkan) terhadap penyelewengan sang penguasa, pedagang yang curang, penimbun makanan pokok, orang yang berbuat zina, pemakan riba, orang kikir yang tidak peduli darimana ia peroleh hartanya, dan peminum khamer yang mabuk karenanya."

(Selanjutnya diterangkan):

Kemudian Nabi Muhammad Saw. bertanya lagi kepada sang iblis, “Lalu ada berapa musuhmu dalam umatku?" Iblis menjawab, “Ada dua puluh golongan, yaitu: Yang pertama, adalah engkau sendiri, wahai Muhammad, karena sungguh aku benci kepadamu, orang alim yang mengamalkan ilmunya; orang hafal Al Qur’an yang mengamalkan isinya, orang yang adzan dengan lillahi ta’ala (karena Allah semata) dalam shalat fardhu yang lima; orang yang menyayangi fakir miskin dan anak yatim, orang yang berhati penyantun, orang yang tunduk terhadap yang hak, pemuda yang hidup penuh taat kepada Allah, orang yang halal makanannya, dua orang pemuda yrng saling mencintai di jalan Allah, orang yang semangat dalam shalat berjama’ah, orang yang melakukan shalat di malam hari disaat orang-orang tengah tidur, orang yang mengekang dirinya dari berbuat haram, orang yang menasihati teman-temannya dengan tanpa pamrih, orang yang senantiasa dalam keadaan berwudhu (tidak pernah berhadats, karena jika berhadats langsung wudhu kembali), orang yang dermawan, orang yang baik akhlaknya (budi pekertinya), orang yang membenarkan Allah dalam bagian rizqi yang dianugerahkan kepadanya, orang yang memberikan jasa baiknya untuk penderitaan-penderitaan janda, dan orang yang mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian."

Mengenai imam atau pemimpin yang menyeleweng, Nabi Saw. bersabda sebagai berikut:

"Barangsiapa mendoakan panjang umur untuk orang yang zhalim, maka sesungguhnya ia senang akan terjadinya pendurhakaan terhadap Allah dibumi-Nya."

Menanggapi orang yang sombong, Nabi Muhammad Saw. juga bersabda yang artinya sebagai berikut:

"Orang-orang yang sombong akan dikumpulkan pada hari kiamat (nanti), seperti semut kecil dalam bentuk manusia, mereka ditutupi dari semua tempat, lalu mereka digiring ke penjara Jahannam yang disebut Bulus, dan diberi minum dari perasan keringat ahli neraka." (HR. Imam Ahmad dan Tirmidzi)

Adapun mengenai pemberian dukungan (pembenaran) dari orang alim kepada penguasa yang zhalim, maka Rasulullah Saw. melaknatnya lewat sabdanya sebagai berikut:

"Barangsiapa memberi fatwa tanpa berdasar ilmu (agama), maka mendapat laknat dari malaikat langit dan bumi." (HR. Ibnu Asakir)

Sedang mengenai kecurangan seorang pedagang, misalnya dengan cara mengurangi takarannya, timbangan dan lain sebagainya. Dan yang dimaksud dengan menimbun disini adalah membeli bahan makanan pokok atau lauk pauk pokok, seperti daging di waktu paceklik, kemudian menimbunnya untuk dijual kembali dengan harga yang lebih mahal disaat dibutuhkan masyarakat.

Dalam hal ini, Rasulullah Saw. telah bersabda sebagai berikut:

"Barangsiapa yang menimbun makanan selama empat puluh hari, maka sungguh ia telah melepaskan diri dari Allah dan Allah pun angkat tangan daripadanya."

Sabdanya pula yang artinya sebagai berikut:

"Barangsiapa yang menimbun bahan makanan kaum muslimin, maka Allah menimpakan kepadanya penyakit kusta dan kepailitan."

Adapun mengenai orang yang berbuat zina, Imam Thabrani telah meriwayatkan sebuah sabda Rasulullah Saw. yang artinya sebagai berikut:

"Janganlah kalian berzina, karena zina mengandung empat perkara, yaitu hilang wibawa dari mukanya, memutuskan rizqi, membuat Allah Yang Maha Pengasih benci kepadanya dan mengakibatkan kekal di dalamnya."

Dan mengenai memakan riba, telah diterangkan pula dalam sebuah hadits Nabi Muhammad Saw. yang artirya sebagai berikut:

"Sesungguhnya orang yang memakan riba disiksa ketika dia mati sampai hari kiamat, dengan berenang di laut yang merah seperti darah, dan ia menelan batu, dan ketika batu itu ditelan, maka ia membawanya berenang dan membuka mulutnya, kemudian kembali menelan batu yang lain, demikian seterusnya sampai saat kebangkitan dari kubur."

Sementara itu Qatadah mengatakan, "Sesungguhnya pemakan riba itu, nanti pada hari kiamat akan dibangkitkan kembali dalam keadaan gila." Kaitannya dengan sikap kikir, Nabi Saw. bersabda sebagai berikut :

"Harta di darat dan di laut tidak akan rusak, kecuali dengan menahan zakat."

Adapun tentang meminum khamer (arak), Nabi Muhammad Saw. bersabda pula sebagai berikut:

"Barangsiapa meminum arak, maka cahaya iman akan keluar dari dalam perutnya." (HR. Imam Thabrani)

Tentang orang yang hafal Al Qur’an, Nabi Muhammad Saw. bersabda yang artinya sebagai berikut:

"Orang-orang yang hafal Al Qur’an, mereka menjadi nara sumber ahli surga pada hari kiamat (nanti), para syuhada menjadi penuntun ahli surga dan para Nabi adalah pemimpin ahli surga."

Dan mengenai orang yang adzan karena Allah pada shalat fardhu yang lima waktu, Nabi Muhammad Saw. juga bersabda sebagai berikut:

"Juru adzan karena Allah, bagaikan orang yang mati syahid yang berlumuran darah, jika ia meninggal, maka tidak akan dimakan ulat di dalam kuburnya."

Adapun mengenai orang yang suka memperhatikan kepada fakir miskin dan anak-anak yatim. Ad Dailami telah meriwayatkan sebuah hadits Nabi Muhammad Saw. yang menyatakan bahwa beliau bersabda sebagai berikut:

"Duduk dengan orang fakir secara tawadhuk, termasuk jihad yang
paling utama."

Ibnu Laal juga telah meriwayatkan dari jalan lain, bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda yang artinya sebagai berikut:

"Segala sesuatu mempunyai kunci dan kunci surga adalah memperhatikan (mencintai) fakir miskin."

Tawadhuk menurut Al Qusyairi adalah berserah diri pada yang hak dan tidak menyimpang dari aturan hukum (agama).
Tentang pentingnya makan makanan yang halal, Ibnu Abbas ra. berkata sebagai berikut:

"Allah tidak akan menerima shalat seseorang yang dalam perutnya terdapat sesuap barang yang haram."

Adapun mengenai shalat berjama’ah,dalam sebuah hadits diterangkan, bahwa beliau Saw. bersabda sebagai berikut:

"Shalatlah kamu di belakang orang yang baik dan orang yang jelek."

Kemudian mengenai orang yang shalat pada tengah malam, disaat orang lain sedang enak-enaknya tidur, Nabi Muhammad Saw. menerangkan dalam sabdanya yang artinya sebagai berikut:

"Shalatlah di malam hari, meskipun sekedar empat rakaat, shalatlah meskipun hanya dua rakaat. Tiada bagi penghuni rumah yang diketahui melakukan shalat malam, melainkan datang panggilan pada mereka, Wahai penghuni rumah, bangunlah untuk menunaikan shalat."

Nasihat kepada sahabat tanpa mengharap imbalan (tanpa pamrih), yaitu apa-apa yang diberikan tanpa didasari adanya rasa dendam, atau penipuan. Sebagimana yang dikatakan oleh Bisyr Ibnu Al Harits yang artinya sebagai berikut

Saya pernah melihat Rasulullah Saw lalu beliau bersabda, ''Wahai Bisyr, apakah kamu tahu mengapa Allah mengangkatmu diantara teman-temanmu?" Saya (Bisyr) menjawab, “Tidak tahu.’’ Maka Rasulullah Saw. bersabda, “Karena kamu mengikuti sunnahku, kamu melayani orang shaleh, kemudian menasihati saudara-saudaramu, kamu mencintai sahabatku dan keluarga rumahku. Inilah yang dapat menyampaikanmu pada derajat orang abrar yang berbuat kebajikan."

Lalu mengenai orang yang selalu dalam keadaan wudhu (tidak pernah batal, dan meskipun batal ia langsung memperbarui wudhunya), Nabi Muhammad Saw. bersabda sebagai berikut: 

"Barangsiapa berwudhu dalam keadaan masih suci, maka dicatat baginya sepuluh kebajikan."

Syaikh Al Hifni berkata, "Barangsiapa berwudhu sekali dalam keadaan masih suci dari hadats, maka baginya dicatat sepuluh kali wudhu, sedang masing-masing wudhu dinilai tujuh ratus kebajikan."

Hal ini berdasarkan suatu pendapat yang menyatakan, bahwa kelipatan minimal itu tujuh ratus, sebagai tambahan atas sepuluh yang tersebut dalam firman Allah SWT. sebagai berikut:

"Barangsiapa melakukan satu kebajikan, maka mendapatkan sepuluh kali lipat."

Menurut salah satu pendapat, bahwa satu kali wudhu itu sama dengan satu kebajikan, dan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebajikan. Tiap-tiap satu dari yang sepuluh akan dilipatgandakan dengan tujuh ratus. Oleh sebab itu, penting sekali kiranya terus menerus menggapai pahala yang agung ini.

Orang yang bermurah hati, yakni orang yang memberikan sebagian hartanya dan menyisakan sebagiannya lagi, maka orang tersebut dapat dikategorikan orang yang pemurah hati. Barangsiapa yang memberikan lebih banyak dan menyisakan yang sedikit, maka dia adalah orang yang dermawan. Adapun orang yang lebih mengutamakan kecukupan orang lain, sedang untuk dirinya hanya dalam batas darurat (kalau memang terpaksa) saja, maka orang tersebut masuk kategori orang yang mempunyai keutamaan. Hal itu, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Al Qusyairi.

Adapun batas ukuran baiknya baik (membantu) janda yang menutup dirinya, yakni yang berbuat baik dengan pemberian atau dengan yang lain kepada perempuan yang tidak punya suami. Mereka adalah orang fakir yang menutupi dirinya, yang tidak menampakkannya kepada kaum laki- laki.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhari dan Muslim berikut ini:

"Sesungguhnya orang yang berjuang untuk kepentingan para janda dan orang miskin, bagaikan orang yang berjihad ai jalan Allah, atau bagaikan orang yang shalat di tengah malam dan berpuasa di siang harinya"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Akan Lima Perkara dan Melupakan Lima Lainnya

Pelindung Terhadap Lima Perkara

Lima Perkara yang Tidak Boleh Diremehkan