Petunjuk Yang Terdapat Dalam Taurat (2)

Sedangkan wira’i atau wara, adalah merupakan syarat pokok dalam usaha mencapai istiqamah dalam beragama. Dan wara’ yang paling rendah itu adalah menjauhi penyelewengan, seperti yang disebut dalam masalah persaksian, sedang wara' yang paling tinggi adalah wara' para shiddiqin (orang-orang yang jujur).

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. berikut ini:

Sebaik-baik agama kamu adalah perbuatan wara’."

Siapa yang ingin tinggal di tengah-tengah surga, maka jadilah orang yang banyak berdzikir kepada Allah di waktu malam dan siang hari. Al Qusyairi mengatakan, “Seseorang tidak dapat bersambung kepada Allah, melainkan dalam keadaan senantiasa berdzikir kepada-Nya."

Adapun dzikir itu sendiri dibedakan menjadi dua macam, yaitu dzikir dengan lisan dan dzikir dengan hati. Dzikir dengan lisan ini dapat menyampaikan seseorang pada dzikir hati secara konsis, dan untuk mempengaruhi dzikir hati. Jika seorang hamba sudah berdzikir dengan lisannya dan diikuti dengan hatinya, maka inilah yang disebut “sempurna” dalam tingkah perjalanannya kepada Allah. 

Adapun tentang taubat, Al Qusyairi memberi tanggapan, “Bahwa taubat itu adalah merupakan tempat pertama dari tempat salik dan kedudukan pertama dari kedudukan thalib"

Sebagian ahli makrifat juga mengatakan, “Basuhlah empat bagian tubuhmu dengan empat hal, yaitu wajahmu, basuhlah dengan air mata, dan lisanmu basuhlah dengan berdzikir kepada Allah, hatimu dengan taqwa kepada-Nya, dan basuhlah dosamu dengan taubat kepada Tuhanmu."

Dan barangsiapa yang ingin kaya, maka jadilah orang yang ridha (puas) terhadap setiap pemberian Allah baginya dan bagi orang lain, yaitu dalam hal harta, kedudukan, dan lain sebagainya. Abdul Wahid bin Zaid berkata: "Keridhaan (kepuasan) itu adalah pintu Allah Yang Maha Agung dan merupakan surga di dunia."

Adapun tentang kebijaksanaan bersumber pada ilmu pengetahuan, Abu Nu’aim telah meriwayatkan, bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda sebagai berikut :

"Barangsiapa mulai bangun pagi mengajarkan ilmu agamanya, maka ia akan masuk ke surga."

Kaitannya dengan masalah ini Syaikh Ali Al Maghribi setiap akan mengakhiri pelajaran (pengajiannya), beliau selalu berdo’a sebagai berikut:

اللّٰهُمَّ اِنِّي اِسْتَوْدَعْتُكَ مَا قَرَأْتُهُ فَارْدُدْهُ اِلَيَّ عِنْدَ حَاجَتِي اِلَيْهِ

"Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku titipkan kepada-Mu apa-apa yang telah aku baca dan kembalikanlah kepadaku ketika aku membutuhkannya."

Barangsiapa yang ingin selamat dari orang lain, yakni dari kejahatan mereka, maka janganlah ia berbicara kepada seorangpun diantara mereka, melainkan dengan ucapan yang baik, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. yang artinya sebagai berikut:

"Jauhilah api orang mu'min, jangan sampai membakarmu, meskipun ia terpeleset tiap hari sebanyak tujuh puluh kali, karena sumpahnya ada pada tangan Allah. Jika Allah berkehendak mengangkat derajatnya, maka Dia akan mengangkatnya." (HR. Imam Hakim)

Sedang mengenai kedermawanan, telah diriwayatkan sebuah hadits dari ‘Aisyah ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda yang artinya sebagai berikut: “Orang yang dermawan itu dekat kepada Allah, dekat kepada manusia, dekat dengan surga dan jauh dari neraka. Sedang orang yang kikir itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat dengan neraka. Orang bodoh yang dermawan itu lebih disukai Allah daripada orang ahli ibadah tapi kikir"

Sebuah kisah tentang orang-orang mulia:

"Pada suatu ketika, Hasan, Husain dan Abdullah bin Ja’far Ath Thayyar bersama-sama pergi menunaikan ibadah haji. Karena satu dan lain hal, maka habislah bekal perjalanan mereka. Mereka kelaparan dan kehausan. Lalu sampailah mereka di sebuah tenda yang dihuni oleh seorang nenek dan seekor kambing. Lalu mereka meminta kambing tersebut. Maka diberikan (oleh si nenek tersebut), bahkan si nenek sendiri memerahkan susu kambing itu untuk mereka bertiga, dan akhirnya ia menyembelihnya untuk mereka. Beberapa waktu kemudian, nenek itu terlihat oleh Hasan di Madinah dan ia mengenalnya, lalu Hasan memberikan seribu kambing dan seribu dinar kepadanya. Kemudian ia membawa nenek itu kepada saudaranya, Husain, maka Husain pun memberinya seperti pemberian Hasan. Lalu Husain membawa nenek itu kepada Ibnu Ja'far Ath Thayyat, kemudian ia memberikan dua ribu kambing dan dua ribu dinar kepadanya. Nenek itupun pulang dengan membawa empat ribu kambing dan empat ribu dinar."

Adapun tafakur dan mengambil pelajaran yang dapat mendatangkan sinar hati dari Allah, adalah tafakur mengenai keagungan Allah dan mengambil pelajaran terhadap peristiwa kematian.

Dan mengenai bacaan istighfar untuk kaum mukminin dan muslimin, baik laki-laki maupun perempuan, Nabi Muhammad Saw. bersabda yang artinya sebagai berikut:

"Barangsiapa yang mohon ampunan bagi orang mukmin dan mukminat, niscaya Allah mencatatkan baginya kebaikan setiap orang mukmin dan mukminat." (HR. Imam Thabrani dari Ubadah bin Shamit)

Riwayatnya pula dari jalan lain yang bersumber dari Abi Darda5 yang artinya sebagai berikut:

"Barangsiapa yang memohon ampun bagi orang-orang mukmin dan mukminat setiap hari sebanyak dua puluh tujuh kali, maka orang tersebut termasuk orang yang dikabulkan doanya dan menjadi penyebab turunnya rizqi ke ahli bumi."

Nabi Muhammad Saw. juga telah bersabda sebagai berikut:

"Sepuluh perkara dapat menolak sepuluh macam bencana, yaitu Surat Al Fatihah, dapat menolak murka Allah. Surat YaaSiin, dapat menolak dahaga di hari kiamat; Surat AD Dukhan, dapat mencegah ketakutan di hari kiamat. Surat Al Waqi'ah dapat mencegah kefakiran. Surat Al Mulk, dapat mencegah siksa kubur. Surat Al Kautsar, dapat menolak permusuhan. Surat Al Kaafiruun, dapat menolak datangnya kekafiran ketika dicabutnya nyawa. Surat Al Ikhlas, dapat menolak kemunafikan. Surat Al Falaq, dapat mencegah perbuatan hasud dari orang-orang yang dengki, dan surat An Naas, dapat menolak perasaan was-was."

Dalam rangka menutup pembahasan kitab ini, saya kemukakan hadits tersebut diatas dengan harapan semoga mendapatkan berkah.

Dan semoga rahmat ta’zhim tetap terlimpahkan kepada junjungan kita, yaitu Nabi Besar Muhammad Saw., beserta segenap keluarga dan para sahabat beliau seluruhnya, dan juga semoga tercurahkan pula kepada para Nabi dan Rasul.

Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Penulisan kitab ini telah sempurna pada hari Kamis, tanggal 21 Shafar tahun 1311 H. Semoga shalawat dan penghormatan tetap bagi Nabi Saw. dan orang-orang yang telah berhijrah bersamanya. Maha Suci Tuhanmu, Tuhan Yang Maha Mulia dari segala yang dikatakan oleh orang-orang kafir. Semoga keselamatan tetap terlimpah kepada para Rasul, amiin amiin walhamdulillaahi Rabbil 'Aalamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Akan Lima Perkara dan Melupakan Lima Lainnya

Pelindung Terhadap Lima Perkara

Lima Perkara yang Tidak Boleh Diremehkan