Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Cinta Akan Lima Perkara dan Melupakan Lima Lainnya

Dalam sebuah riwayat diterangkan, bahwa Nabi Saw. bersabda sebagai berikut: سَيَأتِي زَمَانٌ عَلَى أُمَّتِي يُحِبُّوْنَ خَمْسًا وَيَنْسَوْنَ خَمْسًا: يُحِبُّوْنَ الدُّنْيَا وَيَنْسَوْنَ العُقْبَى، يُحِبُّوْنَ الدُّوْرَ وَيَنْسَوْنَ القُبُوْرَ، وَيُحِبُّوْنَ المَالَ وَيَنْسَوْنَ الحِسَابَ، يُحِبُّوْنَ العِيَالَ وَيَنْسَوْنَ الحَقَّ، وَيُحِبُّوْنَ النَّفْسَ وَيَنْسَوْنَ اللّٰهَ، هُمْ مِنِّي بُرَآءٌ وَأَنَا مِنْهُمْ بَرِيْءٌ "Akan tiba suatu masa, dimana umatku lebih mencintai akan lima perkara dan melupakan lima lainnya, yaitu: Mereka lebih cinta kepada dunia dan melupakan akhirat, mencintai rumah dan melupakan kubur. Lebih cinta kepada harta dan melupakan hari perhitungan. Lebih cinta kepada anggota keluarga (serumah) dan melupakan bidadari surga. Lebih cinta kepada dirinya sendiri dan melupakan Allah. Mereka adalah orang-orang yang berlepas diri dariku (Nabi Muhammad Saw.) dan akupun berlepas diri dari mereka." Makna yang terkandung dalam hadits tersebut diatas adalah, bahwa...

Lima Perkara yang Tidak Boleh Diremehkan

Sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad Saw. berikut ini: مَنْ أَهَانَ خَمْسَةٌ خَسِرَ خَمْسَةٌ: مَنِ اسْتَخَفَّ بِاْلعُلَمَاءِ خَسِرَ الدِّيْنَ، وَمَن اسْتَخَفَّ بِالأُمَرَاءِ خَسِرَ الدُّنْيَا، وَمَن اسْتَخَفَّ بِالجِيْرَانِ خَسِرَ المَنَافِعَ، وَمَن اسْتَخَفَّ بِالأَقْرَبَاءِ خَسِرَ المَوَدَّةِ، وَمَنِ اسْتَخَفَّ بِأَهْلِهِ خَسِرَ طِيْبَ المَعِيْشَةِ "Barangsiapa yang meremehkan lima perkara, maka ia akan mendapat kerugian lima perkara lainnya, yaitu: Barangsiapa yang meremehkan para ulama, maka akan rugi agamanya. Barangsiapa yang meremehkan umara (para pemimpin), maka akan rugilah dunianya. Barangsiapa yang meremehkan para tetangganya, maka akan rugi manfaat-manfaatnya. Dan barangsiapa yang meremehkan kerabat-kerabatnya, maka akan rugi kecintaannya, serta barangsiapa yang meremehkan ahli (keluarga/istrinya) nya, maka akan rugi kemanisan hidupnya." Mengabaikan para ulama akan dapat mengakibatkan kerugian agama, karena para ulama adalah sumber dari segala p...

Pengabdian yang Menjadi Titik Tumpu Amal Perbuatan

Sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian hukama sebagai berikut: جَمِيْعُ العِبَادَاتِ مِنَ العُبُوْدِيَّةِ أَرْبَعَةٌ: الوَفَاءُ بِالعُهُوْدِ، والمُحَافَظَةُ بِالحُدُوْدِ، وَالصَّبْرُ عَلَى المَفْقُوْدِ، وَالرِّضَى بِالمَوجُوْدِ "Segala ibadah itu berpangkal pada empat pengabdian, yaitu: Setia memenuhi janji, melestarikan pelaksanaan segala hukum, sabar menghadapi ketiadaan sesuatu yang diharapkan dan rela dengan apa yang ada." Yang dimaksud dengan setia memenuhi janji disini adalah setia dalam menunaikan kewajiban-kewajiban Allah. Sedang melestarikan hukum maksudnya adalah menjauhi larangan-larangan-Nya. Dan ridha (ikhlas) dengan apa adanya, baik sandang, pangan maupun papan.

Waktu Bagi Orang yang Berakal

Sebagaimana yang telah diterangkan dalam kitab Zabur, bahwa Allah telah menurunkan wahyu kepada Nabi Dawud as. sebagai berikut: إنَّ العَاقِلُ الحَكِيْمُ لاَ يَخْلُوْ مِنْ أَرْبَعِ سَاعَاتٍ: سَاعَةٌ فِيْهَا يُنَاجِي رَبَّهُ، وَسَاعَةٌ فِيْهَا يُحَاسِبُ نَفْسَهُ، وَسَاعَةٌ يَمْشِي فِيْهَا إِلَى إِخْوَانِهِ الذِيْنَ يُخْبِرُوْنَهُ بِعُيُوْبِهِ، وَسَاعَةٌ فِيْهَا يُخَلىِّ بَيْنَ نَفْسِهِ وَبَيْنَ لَذَّاتِهَا الحَلاَلِ "Sesungguhnya orang yang berakal dan cerdik pandai itu tidak akan lepas dari empat waktu, yaitu: Waktu dimana ia menghadap Tuhannya. Waktu dimana ia membuat perhitungan atas dirinya. Waktu dimana ia pergi menemui para teman yang menunjukkan aib-aib dirinya dan waktu dimana ia memisahkan diri dari kelezatan hidup yang halal." Dalam rangka menghadap Tuhan dapat dilakukan dengan cara berdzikir, membaca Kalam-Nya, mengadukan hal ihwal hidupnya dan lain sebagainya. Dalam rangka membuat perhitungan, dapat dilakukan dengan cara mencatat semua perbuatan yang telah dilakuka...

Amal Perbuatan Yang Paling Berat

Diriwayatkan dari Sayidina Ali ra. ia berkata sebagai berikut : إنَّ أَصْعَبَ الأَعْمَالِ أَرْبَعُ خِصَالٍ العَفْوُ عِنْدَ الغَضَبِ، وَالجُوْدُ فِى العُسْرَةِ، وَالعِفَّةُ فِى الخَلْوَةِ، وَقَوْلُ الحَقِّ لِمَنْ يَخَافُهُ أَوْ يَرْجُوهُ "Sesungguhnya amal perbuatan yang paling berat (timbangannya) itu ada empat, yaitu: memberi maaf ketika sedang marah, suka berderma disaat melarat, berbuat iffah (enggan) ketika sendirian dan berkata benar terhadap orang yang ditakuti atau diharapkan jasanya." Menurut Ali -karrama wajhah- bahwa amal perbuatan yang paling berat timbangan amalnya itu ada empat, yaitu: 1. Memaafkan kesalahan orang lain, meskipun pada dasarnya hatinya panas (marah). Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. berikut ini: "Barangsiapa menghentikan marahnya, maka Allah akan menghentikan siksa baginya." Dalam riwayat Ad Dailami juga diterangkan, bahwa beliau Saw. telah bersabda yang artinya sebagai berikut: "Barangsiapa yang mencegah marahnya, melapangkan ke...

Kesibukan-kesibukan Yang Tidak Bisa Lepas Dari Empat Perkara Lainnya

Sebagaimana yang telah dikatakan oleh sebagian hukama berikut ini: مَنِ اشْتَغَلَ بِالشَّهَوَاتِ فَلاَ بُدَّ لَهُ مِنَ النِّسَاءِ، وَمَنِ اشْتَغَلَ بِجَمْعِ المَالِ فَلاَ بُدَّ لَهُ مِنَ الحَرَامِ، وَمَنِ اشْتَغَلَ بِمَنَافِعِ المُسْلِمِيْنَ فَلاَ بُدَّ لَهُ مِنَ المُدَارَةِ، وَمَنِ اشْتَغَلَ بِالعِبَادَةِ فَلاَ بُدَّ لَهُ مِنَ العِلْمِ "Barangsiapa yang sibuk dengan hawa nafsunya, maka pasti main perempuan. Barangsiapayang sibuk mengumpulkan harta benda, maka pasti terjerumus ke barang haram. Barangsiapa yang sibuk mengurus kemaslahatan orang-orang muslim, maka harus ramah tamah. Dan barangsiapa yang sibuk dengan ibadah, maka harus punya ilmunya." Orang yang hanya disibukkan dengan menuruti keinginan syahwatnya, maka akan terjerumus main perempuan. Dan orang yang hanya disibukkan dengan mengumpulkan harta benda, maka akan terlibat barang haram. Orang yang hanya disibukkan dengan mengurus kebutuhan bagi orang- orang muslim, maka harus bersikap lemah lembut kepada mereka dalam...

Perenggut Bagi Anak Cucu Adam

Sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian hukama berikut ini: يَسْتَقْبَلُ ابْنُ آدَمَ أَرْبَعَ نُهُبَاتٍ يَنْتَهِبُ مَلَكُ المَوْتِ رُوْحَهُ، وَيَنْتَهِبُ الوَرَثَةُ مَالَهُ، وَيَنْتَهِبُ الدُّوْدُ جِسْمَهُ، وَيَنْتَهِبُ الخَصْمَاءُ عَمَلَهُ "Anak cucu Adam akan mengalami empat macam renggutan, yaitu: Malaikat maut akan merenggut nyawanya, ahli waris akan merenggut hartanya, ulat akan merenggut daging tubuhnya dan para penuntut akan merenggut pahala amalnya." Manusia itu akan direnggut oleh empat macam perkara, yaitu: 1. Malaikat maut akan merenggut roh anak Adam dengan paksa. 2. Ahli waris akan merampas harta bendanya setelah anak Adam itu meninggal dunia. 3. Ulat akan menggerogoti tubuhnya di dalam kubur. 4. Penuntut atau lawan-lawan yang mempunyai hak menuntut orang yang lupa kepada mereka, dengan cara menyita harta si zhalim, mengumpat atau memukulnya dan lain sebagainya, akan merampas amal shalehnya jika si zhalim itu memang mempunyai amal shaleh. Apabila tidak mempunyai...

Keistimewaan Orang yang Ditimpa Musibah

Diriwayatkan dari Nabi Muhammad Saw. bahwa beliau bersabda sebagai berikut: إذَا كَانَ يَوْمُ القِيَامَةِ يُوْضَعُ المِيْزَانُ فَيُؤْتَى بِأَهْلِ الصَّلاَةِ فَيُوَفَّوْنَ أُجُوْرَهُمْ بِالمِيْزَانِ، ثُمَّ يُؤْتَى بِأَهْلِ الصَّوْمِ فَيُوَفَّوْنَ أُجُوْرَهُمْ بِالمِيْزَانِ، ثُمّ يُؤْتَى بِأَهْلِ البَلاَءِ لاَ يَنْصَبُ لَهُمْ مِيْزَانٌ وَلاَ يَنْشَرُ لَهُمْ دِيْوَانٌ فَيُوَفَّوْنَ أُجُوْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ حَتّى يَتَمَنَّى أَهْلُ العَافِيَةِ لَوْ كَانُوا بِمَنْزِلَتِهِمْ مِنْ كَثْرَةِ ثَوَابِ اللّٰهِ تَعَالَى "Apabila kiamat telah tiba, maka timbangan diletakkan, lalu ahli shalat didatangkan, maka dipenuhi pahala-pahala mereka sesuai perhitungan mizan, lalu didatangkan orang-orang yang berpuasa dan diterimakan pahala mereka sesuai dengan perhitungan mizan. Dan akhirnya didatangkan orang-orang yang sewaktu hidup di dunia ditimpa musibah, untuk mereka tidak diperhitungkan dengan mizan dan tidak pula dibentangkan kepada mereka catatan amal-nya, lalu diberi pahala sepenuhnya tanpa h...

Perkara yang Hanya Dapat Diketahui Empat Orang

Diriwayatkan dari Hatim Al Asham ra. ia berkata sebagai berikut: أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ لاَ يَعْرِفُ قَدْرَهَا إلاَّ أَرْبَعَةٍ: الشَّبَابُ لاَ يَعْرِفُ قَدْرَهُ إلاَّ الشُّيُوْخَ، وَالعَافِيَةُ لاَ يَعْرِفُ قَدْرَهَا إلاَّ أَهْلَ البَلاَءِ، وَالصِّحَّةُ لاَ يَعْرِفُ قَدْرَهَا إلاَّ المَرْضَى، وَالحَيَاةُ لاَ يَعْرِفُ قَدْرَهَا إلاَّ المَوْتَى "Empat perkara yang tidak diketahui nilainya kecuali oleh empat orang, yaitu: kemudaan, nilainya hanya dapat diketahui oleh orang yang sudah tua. Kebahagiaan, nilainya hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang tertimpa musibah. Kesehatan, nilainya hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang sakit; dan kehidupan, nilainya hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang mati." Segala sesuatu itu tidak akan dapat diketahui kecuali oleh lawannya.  Kemudaan itu tidak akan dapat diketahui nilainya, kecuali oleh orang-orang yang sudah lanjut usia. Kebahagiaan tidak akan dapat diketahui nilainya kecuali oleh orang-orang yang ditimpa musibah.  B...

Perkara Yang Sedikitnya Dianggap Banyak

Diriwayatkan dari Ali ra. ia berkata sebagai berikut: اَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ قَلِيْلُهَا كَثِيْرٌ: الوَجْعُ، والفَقْرُ، والنَّارُ، والعَدَاوَةُ "Empat perkara yang sedikit saja terjadi sudah dihitung banyak, yaitu sakit, fakir, api dan permusuhan." Empat perkara yang menyakiti manusia meskipun hanya sedikit itu sudah dianggap banyak (besar), yaitu fakir, yaitu tidak mempunyai segala yang menjadi kebutuhannya, api dan permusuhan, yakni sikap yang selalu mengharapkan agar orang lain dalam bahaya. Kaitannya dengan permusuhan, Nabi Muhammad Saw. telah bersabda sebagai berikut: "Pangkal akal setelah iman kepada Allah adalah kasih sayang kepada sesama manusia." Selain itu, Nabi Sulaiman as. juga pernah bersabda kepada putranya sebagai berikut: "Janganlah kamu menganggap banyak mempunyai seribu sahabat, seribu sahabat itu hanya sedikit dan janganlah kamu menganggap sedikit mempunyai seorang musuh, karena seorang musuh itu bisa berarti banyak."

Empat Perkara Terdapat Dalam Empat Perkara Lainnya

Diriwayatkan dari Hamid Al Lafaf ra. ia berkata sebagai berikut : اَرْبَعَةٌ طلَبْنَاهَا فِى أَرْبَعَةٍ، فَأَخْطَأْنَا طُرُقَهَا، فَوَجَدْنَاهَا فِى أَرْبَعَةٍ آخَرَ: طَلَبْنَا الغِنَى فِى المَالِ فَوَجَدْنَاهُ فِى القَنَاعَةِ، وَطَلَبْنَا الرَّاحَةَ فِى الثَّوْرَةِ فَوَجَدْنَاهَا فِى قِلَّةِ المَالِ، وطَلَبْنَا اللَذَّاتِ فِى النِّعْمَةِ فَوَجَدْنَاهَا فِى البَدَنِ الصَّحِيْحِ، وَطَلَبْنَا الرِّزْقَ فِى الأَرْضِ فَوَجَدْنَاهُ فِى السَّمَاءِ “Empat hal telah aku cari pada empat jalan dan ternyata tidak aku ketemukan (salah), kemudian aku temukan dalam empat perkara lainnya, yaitu: Aku mencari kekayaan dalam harta, ternyata aku temukan dalam qana'ah. Mencari kesenggangan dalam kemewahan, ternyata aku temukan dalam sedikitnya harta. Aku mencari kelezatan-kelezatan dalam kenikmatan, ternyata aku temukan da-lam badan yang sehat. Dan aku mencari ilmu dengan perut yang kenyang, ternyata aku temukan dalam keadaan perut lapar." Menurut Hamid Al Lafaf, kekayaan itu berada dalam qana’ah...

Jalan Untuk Menuju Surga

Diriwayatkan dari Hatim Al Asham ra, ia berkata sebagai berikut: مَنْ صَرَفَ أَرْبَعًا إِلَى أَرْبَعٍ وَجَدَ الجَنَّةَ: النَّوْمَ إِلَى القَبْرَ، وَاْلفَخْرَ إِلَى المِيْزَانِ، وَالرَّاحَةُ إِلَى الصِّرَاطِ، وَالشَّهْوَةَ إِلَى الجَنَّةِ "Barangsiapa berpaling dari empat hal untuk menuju empat hal lainnya, maka ia akan mendapatkan surga, yaitu: Berpaling dari tidur untuk menuju kubur. Berpaling dari kesombongan untuk menuju timbangan. Berpaling dari pengangguran untuk menuju titian dan berpaling dari syahwat untuk menuju surga." Berpaling dari tidur untuk menuju kubur maksudnya adalah mengurangi tidur untuk memperbanyak amalan-amalan yang dapat dipergunakan sebagai bekal nanti di alam kubur. Berpaling dari kesombongan untuk menuju timbangan, maksudnya adalah membuang jauh-jauh sifat sombong dan congkak dari dalam dirinya dan menggantinya dengan memperbanyak amal kebajikan yang dapat me-nambah berat timbangan amalnya nanti (akhirat). Berpaling dari pengangguran untuk menuju ti...

Allah Maha Pengasih Tak Pilih Kasih

Diriwayatkan dari Sa’ad bin Hilal ra. bahwa ia pernah menyatakan : إنَّ العَبْدَ إذَا أَذْنَبَ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى عَلَيْهِ بِأَرْبَعِ خِصَالٍ: لاَ يَحْجُبُ عَنْهُ الرِّزْقَ، وَلاَ يَحْجُبُ عَنْهُ الصِحَّةَ، وَلاَ يُظْهِرُ عَلَيْهِ الذَّنْبَ، وَلاَ يُعَاقِبُهُ عَاجِلاً "Sesungguhnya seorang hamba meskipun berbuat dosa, tetapi Allah tetap memberinya empat perkara, yaitu : rizqi tidak akan dihalangi darinya, (begitu pula) kesehatan tidak akan dihalangi darinya, dosa tidak ditampakkan kepadanya dan siksaan tidak ditimpakan kepadanya dengan cepat." Seorang hamba apabila berbuat dosa, maka Allah tetap meberikan kenikmatan kepadanya dengan empat perkara, yaitu Allah tidak akan menahan rizqi untuknya, Allah akan tetap memberikan kesehatan kepadanya, Allah selalu menutupi dosa-dosanya dan siksaan-Nya pun tidak akan ditimpakan kepadanya dengan segera, yakni pada waktu ia melakukannya, tapi Allah memberi tempo kepadanya, tetapi juga tidak akan membiarkannya dengan begitu saja. Diceri...

Perbandingan Manusia Dengan Empat Nabi Dimata Allah SWT.

Sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad Saw. bahwa beliau bersabda sebagai berikut : إِنّ اللّٰهَ تَعَالَى يَحْتَجُّ يَوْمَ القِيَامَةِ بِأَرْبَعَةِ أَنْفُسٍ عَلَى أَرْبَعَةِ أَجْنَاسٍ مِنَ النَّاسِ عَلَى الأَغْنِيَاءَ بِسُلَيْمَانَ بْنِ دَاوُوْدَ، وَعَلَى العَبِيْدِ بِيُوْسُفَ وَعَلَى المَرْضَى بِأَيُّوْبَ، وَعَلَى الفُقَرَاءَ بِعِيْسَى، عَلَيْهِمُ السَلاَمُ "Sesungguhnya Allah SWT. berhujjah pada hari kiamat dengan empat orang atas empat orang lainnya, yaitu: Terhadap kaum hartawan, Allah mengemukakan Nabi Sulaiman bin Dawud. Terhadap hamba sahaya, Allah mengemukakan Nabi Yusuf. Terhadap orang-orang yang sakit, Allah mengemukakan Nabi Ayub. Dan atas orang-orang yang fakir, Allah mengemukakan Nabi Isa." Misalnya, Allah bertanya kepada orang yang kaya tentang sebab ia meninggalkan ibadah, lalu ia menjawab, “Kami sibuk dengan urusan harta dan kerajaan kami.” Maka Allah menyanggah, “Lebih besar mana dengan kerajaan Sulaiman dan lebih banyak mana dibanding harta S...

Perkara-perkara Yang Menegakkan Agama dan Dunia

Dalam sebuah riwayat diterangkan, bahwa Sayyidina Ali berkata sebagai berikut : لاَ يَزَالُ الدِّيْنُ وَالدُّنْيَا قَائِمَيْنَ مَا دَامَتْ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: مَا دَامَ الأغْنِيَاءُ لاَ يَبْخَلُونَ بِمَا خُوْلُوْا، وَمَا دَامَ العُلَمَاءُ يَعْمَلُوْنَ بِمَا عَلِمُوْا، وَمَا دَامَ الجُهَلاَءُ لاَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَمَّا لَمْ يَعْلَمُوْا، وَمَا دَام فُقَرَاءُ لاَ يُبِيْعُوْنَ آخِرَتَهُمْ بِدُنْيَاهُمْ "Agama dan dunia akan tetap berdiri tegak, selama ada empat hal, yaitu: selama orang-orang yang kaya tidak kikir dengan apa yang telah diberikan kepadanya. Selama para ulama masih mengandalkan apa-apa yang diketahuinya. Selama orang-orang yang bodoh tidak sombong dari perkara-perkara yang tidak diketahuinya dan selama orang-orang yang fakir tidak menjual akhiratnya de-ngan dunia." Jadi, agama dan dunia itu akan tetap berdiri dengan kokoh selama orang-orang yang kaya tidak menahan dari memberi kepada orang yang meminta-minta sebagian dari rizqi yang telah dianugerahkan Allah Swt...

Nabi Yahya as. Sang Panutan

Diriwayatkan dari Muhammad bin Ahmad ra., ia berkomentar tentang firman Allah Azza Wa Jalla yang artinya sebagai berikut: ...وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ "... menjadi panutan, menahan diri dan seorang Nabi dari keturu-nan orang-orang shaleh. ” (QS. Ali Imran : 39) Beliau mengatakan: ذَكَرَ اللّٰهُ يَحْيَى سَعِيْدًا وَهُوَ عَبْدُهُ لأَنَّهُ كَانَ غَالِبًا عَلَى أَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ عَلَى الهَوَى، وَعَلَى إِبْلِيْس، وَعَلَى اللِّسَانِ، وَعَلَى الغَضَبِ "Allah menyebutkan, bahwa si hamba yang bernama Yahya jadi panutan, karena kemenangannya atas empat hal, yaitu: (menang dalam melawan) hawa nafsu, iblis, lisan dan kemarahan.”

Kalimat Pilihan Dari Empat Puluh Ribu Hadits

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mubarak, bahwasannya ia berkata: "Ada seorang bijaksana yang telah mengumpulkan beberapa hadits dan memilih empat puluh ribu hadits dari hadits-hadits tersebut. Lalu ia memilih darinya empat ribu hadits, lalu ia memilihnya lagi menjadi empat ratus hadits, dan dari empat ratus hadits itu, ia memilihnya lagi menjadi empat puluh hadits, dan dari yang empat puluh hadits tersebut, ia memilihnya lagi menjadi empat hadits saja." Adapun empat kalimat tersebut adalah sebagai berikut: إِحْدَاهُنَّ: لاَ تَثِقَنَّ بِامْرَأةٍ عَلَى كُلِّ حاَلٍ، والثَانِيَةُ: لاَ تَغْتَرَنَّ بِالمَالِ عَلَى كُلّ حَالٍ، والثّالِثَةُ: لاَ تُحَمِّلْ مَعِدَتَكَ مَا لاَ تُطِيْقُهُ، والرَّابِعَةُ: لاَ تَجْمَعْ مِن العِلْمِ مَا لاَ يَنْفَعُكَ “Kalimat pertama, yaitu, 'Janganlah kamu mempercayakan segala urusanmu setengahnya kepada perempuan.' Kedua : 'Janganlah kamu terpedaya oleh harta benda atas segala sesuatu.'  Ketiga : 'Janganlah kamu membebani peria dengan...

Kenikmatan Dibalik Musibah

Diriwayatkan dari Umar ra. bahwa ia berkata sebagai berikut: واللّٰهِ ماَ ابْتُلِيْتُ بِبَلِيَّةٍ إلاَّ وَكَانَ لِلّٰهِ تَعَالَى عَلَيَّ فِيْهَا أَرْبَعُ نِعَمٍ، أَوّٰلُهَا إِذَا لَمْ تَكُنْ فِى ذيْنِي، وَالثَّانِى إَذَا لَمْ تَكُنْ أَعْظَمُ مِنْهَا، وَالثَّالِثُ إذَا لَمْ تَكُنْ مُحَرَّمَ الرِّضَا بِهَا، والرَّابِعُ أَنِّي أَرْجُو الثَّوَابَ عَلَيْهَا "Demi Allah, setiap kali aku mendapat musibah, maka disitu selalu terdapat empat kenikmatan dari Allah SWT. yakni: Pertama, musibah itu tidak mengenai agamaku. Kedua, karena musibah itu tidak lebih berat daripadanya. Ketiga, karena musibah itu tidak menghalangi ridha Allah. Dan ke empat, karena dengan adanya musibah itu aku dapat mengharap pahala dari Allah." Menurut Umar ra. bahwa dalam musibah yang menimpa dirinya itu terkandung empat kenikmatan, yaitu: 1. Musibah itu tidak menimpa agamanya, karena musibah yang menimpa agama itu justru lebih berat dibanding yang menimpa pada badan dan harta kekayaan. 2. Musibah itu tidak sebe...

Kalimat Pilihan Dalam Kitabullah

Sebagaimana yang telah disitirkan oleh sebagian hukama dari keempat Kitabullah, yaitu: مِنَ التَّوْرَاةِ: مَنْ رِضَي بِمَا أَعْطَاهُ اللّٰهُ تَعَالَى اِسْتَرَاحَ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ؛ وَمِنَ الإِنْجِيْلِ: مَنْ هَدَمَ الشَّهَوَاتِ عَزَّ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ؛ وَمِنَ الزَّبُوْرِ: مَنْ تَفَرَّدَ عَنِ النَّاسِ نَجَا فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ؛ وَمِنَ الفُرْقَانِ: مَنْ حَفِظَ اللِسَانَ سَلِمَ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ “Dari Kitab Taurat adalah kalimat, 'Barangsiapa yang ridha terhadap pemberian Allah kepada dirinya, maka ia beristirahat di dunia dan akhirat.' Dari kitab Injil adalah kalimat, 'Barangsiapa yang dapat mengalahkan syahwatnya, maka ia kuat di dunia dan akhirat.' Dari Kitab Zabur adalah kalimat, 'Barangsiapa yang menyendiri dari manusia, maka ia selamat.' Dan dari Al Furqaan (Al Qur ‘an), 'Barangsiapa yang memelihara ucapan-nya, maka ia selamat di dunia dan akhirat.'" Nabi Muhammad Saw. telah bersabda tentang keutamaan memelihara l...

Tanda-tanda Kaum Hukama

Sebagaimana pernyataan sebagian hukama, ketika ditanya, “Bagaimana keadaan tuan?” Maka jawabnya : أَنَا مَعَ المَوْلَى عَلَى المُوَافَقَةِ وَمَعَ النَّفْسِ عَلَى المُخَالَفَةِ، ّوَمَعَ الخَلْقِ عَلَى النَّصِيْحَةِ، وَمَعَ الدُّنْيَا عَلَى الضَّرُوْرَةِ "Saya selalu taat kepada Allah, terhadap hawa nafsu selalu menentang, terhadap sesama makhluk selalu memberi nasihat, dan terhadap perkara-perkara duniawi hanya sebatas kebutuhan darurat." Para hukama berpendapat dalam menanggapi pernyataan di atas, bahwa bersama Dzat Yang Maha Pengatur ada kecocokan untuk mengerjakan perintah-perintah-Nya. Bersama nafsu ada perbedaan dengan perkara- perkara yang dikehendaki oleh nafsu. Bersama sesama makhluk ada nasihat, yaitu mengajak mereka untuk berbuat kebajikan dan melarangnya dari kejelekan, dan bersama dunia juga terdapat keperluan yang tidak dapat ditolak.

Perkara Surga yang Lebih Bagus Darinya dan Perkara Neraka yang Lebih Jelek Darinya

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. berikut ini: أَرْبَعَةٌ فِى الجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الجَنَّةِ: الخُلُوْدُ فِى الجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الجَنَّةِ، وَخِدْمَةُ المَلاَئِكَةِ فِى الجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الجَنَّةِ، وَجِوَارُ الأَنْبِيَاءِ فِى الجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الجَنَّةِ، وَرِضَى اللّٰهِ تَعَالَى فِى الجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الجَنَّةِ "Empat perkara surga lebih bagus daripada surga, yaitu: kekal di dalamnya lebih baik daripada surga. Pelayanan para Malaikat di dalam surga itu lebih baik daripada surga. Bertetangga dengan para Nabi di dalam surga itu lebih baik daripada surga, dan keridhaan Allah di dalamnya itupun lebih baik daripada surga." Dan lanjutan hadits tersebut diatas adalah yang artinya sebagai berikut ini: وَأَرْبَعَةٌ مِنَ النَّارِ شَرٌّ مِنَ النَّارِ: الخُلُوْدُ فِى النَّارِ شَرٌّ مِنَ النَّارِ، وَتَوْبِيْحُ المَلاَئِكَةِ الكُفَّارَ فِى النَّارِ شَرٌّ مِنَ النَّارِ، وَجِوَارُ الشَّيْطَانِ فِى النَّارِ شَرٌّ مِنَ النَّارِ، وَغَضَبُ اللّٰهِ تَعَالَى فِى النَّارِ شَرٌّ مِن...

Perbuatan yang Dapat Menghanguskan Keistimewaan Manusia

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. sebagai berikut: أَرْبَعَةٌ جَوَاهِرٌ فِى جِسْمِ بَنِي آدَمَ يُزِيْلُهَا أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ، اَمَّا الجَوَاهِرَ العَقْلُ، وَالدِّينُ، وَالحَيَاءُ، وَالعَمَلُ الصَّالِحُ. فَالغَضَبُ يُزِيْلُ العَقْلَ، وَالحَسَدُ يُزِيْلُ الدِّيْنَ، وَالطَّمَعُ يُزِيْلُ الحَيَاءَ، وَالغِيْبَةُ تُزِيْلُ العَمَلَ الصَّالِحَ. "Empat macam permata (keistimewaan) yang terdapat dalam diri anak Adam (manusia) itu akan hilang oleh empat perkara. Adapun keistimewaan-keistimewaan (permata-permata) itu adalah akal, agama, malu, dan amal shaleh. Marah itu akan menghilangkan akal. Hasud akan menghilangkan agama, tamak akan menghilangkan malu, dan mengumpat akan menghilangkan amal shaleh." Empat keistimewaan (perhiasan) yang terdapat dalam diri setiap manusia yang sangat berharga itu akan hilang (musnah) hanya dengan sifat-sifat yang tercela. Akal adalah suatu mutiara bersifat rohani yang berhubungan dengan jasmani, yang diciptakan oleh Allah akan hilang dengan sendirin...

Induk Dari Segala Perbuatan

Nabi Muhammad Saw. telah bersabda sebagai berikut: الأُمَّهَاتُ أَرْبَعٌ: أُمُّ الأَوْدِيَةِ وَاُمُّ الأَدَبِ وَأُمُّ العِبَادَاتِ وَأُمُّ الأَمَانِي، فَأُمُّ الأَوْدِيَةِ قِلَّةُ الأَكْلِ وَأُمُّ الأَدَبِ قِلَّةُ الكَلاَمِ وَأُمُّ العِبَادَاتِ قِلَّةُ الذُّنُوْبِ وأُمُّ الاَمَانِي الصَّبْرُ "Induk itu ada empat, yaitu : induk obat, induk tata krama, induk ibadah, dan induk harapan. Induk obat adalah sedikit makan. Induk tata krama adalah sedikit bicara. Induk ibadah adalah sedikit dosa dan induk daripada harapan adalah sabar menanti." Sedikit makan itu merupakan induk dari segala obat, karena dengan memperhatikan makanan yang akan dimakan, terutama yang dapat membahayakan kesehatan tubuh itu lebih baik daripada memakannya. Sedang sedikit dosa itu dapat menjadi induk daripada ibadah, karena perbuatan dosa itu dapat mengalahkan pahalanya ibadah. Adapun kesabaran itu lebih pahit daripada jadam, sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah pernyataan berikut ini: بِالصَّبْرِ تَنَال...

Panji-panji Keimanan

Sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian hukama berikut ini: إِنَّ شَعَائِرَ الإِيْمَانِ أَرْبَعَةٌ: التَقْوَى وَالحَيَاءُ وَالشُّكْرُ وَالصَّبْرُ “Sesungguhnya panji-panji keimanan itu ada empat, yaitu: taqwa (kepada Allah SWT.), rasa malu, syukur dan sabar. ” Tagwa adalah taat dan ikhlas melaksanakan segala apa yang telah diperintahkan oleh Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ada pula yang mengatakan, bahwa taqwa itu adalah memelihara kesopanan-kesopanan menurut syari’at Islam. Sedangkan rasa malu itu dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1. Malu jenis kejiwaan (pembawaan), rasa malu yang dijadikan oleh Allah dalam semua diri manusia, misalnya malu karena terbuka aurat atau bersetubuh di hadapan orang banyak. 2. Malu jenis iman (berdasarkan kualitas keimanan), yakni seorang mukmin mencegah dirinya dari perbuatan maksiat, semata-mata karena takut kepada Allah. Adapun syukur itu adalah memuji kepada yang telah berbuat kebajikan kepadanya dengan menyebut-nyebut kebaikannya. Dengan dem...

Tanda-tanda Kecelakaan dan Kebahagiaan

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. berikut ini: عَلاَمَةُ الشَّقَاوَةِ أَرْبَعَةٌ: نِسْيَانُ الذُّنُوْبِ المَاضِيَةِ وَهِيَ عِنْدَ اللّٰهِ تَعَالَى مَحْفُوْظَةٌ؛ وَذِكْرُ الحَسَنَاتِ المَاضِيِةِ ولاَ يَدْرِي أَقُبِلَتْ أَمْ رُدَّتْ؛ وَنَظَرُهُ إِلَى مَنْ فَوْقَهُ فِى الدُّنْيَا؛ وَنَظَرَهُ إِلَى مَنْ دُوْنَهُ فِى الدِّيْن،ِ يَقُوْلُ اللّٰهُ: أَرَدْتُهُ وَلَمْ يُرِدْنِي فَتَرَكْتُهُ، وَعَلاَمَةُ السَّعَادَةِ أَرْبَعَةٌ ذِكْرُ الذُّنُوْبِ المَاضِيَةِ، وَنِسْيَانُ الحَسَنَاتِ المَاضِيَةِ وَنَظَرَهُ إِلَى مَنْ فَوْقَهُ فِى الدِّيْنِ وَنَظَرَهُ إِلَى مَنْ دُوْنَهُ فِى الدُّنْيَا "Tanda-tanda terjadinya kecelakaan itu ada empat, yaitu: Melupakan dosa-dosa yang telah berlalu, padahal semuanya itu tercatat di sisi Allah. Bernostalgia (bersenang-senang) dengan kebajikan- kebajikan yang telah berlalu, padahal ia tidak mengetahui, apakah kebajikannya itu diterima atau tidak (oleh Allah SWT.). Memandang orang lebih tinggi dalam urusan dunia dan memandang orang lebih rendah dalam masalah aga...

Ucapan Tanpa Bukti Adalah Bohong

Diriwayatkan dari Hatim Al Asham ra. bahwa ia berkata seperti berikut: مَنِ ادَّعَى أَرْبَعَةٌ بِلاَ أَرْبَعَةٍ فَدَعْوَاهُ كَذِبٌ: مَنِ ادَّعَى حُبَّ اللّٰهِ وَلَمْ يَنْتَهِ عَنْ مَحَارِمِ اللّٰهِ فَدَعْوَاهُ كَذِبٌ، وَمَنْ ادَّعَى حُبَّ النَّبِيِّ عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَكَرِهَ الفُقَرَاءَ وَالمَسَاكِيْنَ فَدَعْوَاهُ كَذِبٌ، وَمَنْ ادَّعَى حُبَّ الجَنَّةِ وَلَمْ يَتَصَدَّقْ فَدَعْوَاهُ كَذِبٌ، وَمَنِ ادَّعَى خَوْفَ النَّارِ وَلَمْ يَنْتَهِ عَنِ الذُّنُوْبِ فَدَعْوَاهُ كَذِبٌ "Barangsiapa yang mengaku akan empat hal tanpa adanya bukti empat hal lainnya, maka pengakuannya itu bohong, yaitu: Barangsiapa yang mengaku cinta kepada Allah, tapi tidak mau meninggalkan segala larangan-Nya, maka pengakuannya itu bohong. Barangsiapa mengaku cinta kepada Nabi, tetapi ia tidak suka kepada orang fakir miskin, maka pengakuannya itu bohong. Dan barangsiapa yang menginginkan surga, tetapi tidak mau berse-dekah, maka pernyataannya bohong. Serta barangsiapayang me-ngaku takut kepada neraka, tetapi t...

Penyebab-penyebab Hati Gelap dan Terang

اَرْبَعَةٌ مِنْ ظُلْمَةِ القَلْبِ : بَطْنٌ شَبْعَانُ مِنْ غَيْرِ مُبَالاَةٍ، وَصُحْبَةُ الظَّالِمِيْنَ، وَنِسْيَانُ الذُّنُوْبِ المَاضِيَة، وَطُوْلُ الأَمَلِ، وَأَرْبَعَةٌ مِنْ نُوْرِ القَلْبِ: بَطْنٌ جَائِعٌ مِنْ حَذَرٍ، وَصُحْبَةُ الصَّالِحِينَ، وَحِفْظُ الذُّنُوْبِ المَاضِيَةِ، وَقَصْرُ الأَمَلِ "Empat perkara yang dapat menyebabkan hati menjadi gelap, yaitu: perut yang terlalu kenyang, berteman dengan orang yang zhalim, melupakan dosa-dosa yang telah berlalu dan lamunan ngelantur (berandai-andai). Dan empat perkara yang dapat me-nyebabkan hati menjadi bercahaya, yaitu: perut yang lapar karena berhati-hati, berteman dengan orang yang shaleh, mengingat dan menyesali dosa-dosa yang telah berlalu dan tidak terlalu berandai-andai." Adapun batasan kekenyangan perut sebagaimana yang telah ditentukan oleh syara’ adalah sepertiga selera makan. Lamunan ngelantur adalah lamun-an yang mengawang jauh sampai membayangkan hal-hal yang mustahil terjadi. Berkaitan dengan hal ini, telah di...

Perkara yang Dapat Menyamai Puasa, Shalat, Shadaqah dan Jihad

Dalam sebuah pernyataan diterangkan, bahwa Allah telah berfirman kepada salah seorang dari Bani Israil yang artinya sebagai berikut: صُمْتُكَ عَنِ البَاطِلِ لِي صَوْمٌ، وَحِفْظُكَ الجَوَارِحِ عَنِ المَحَارِمَ لِي صَلاَةٌ، وَإِيَّاسُكَ عَنِ الخَلْقِ لِي صَدَقَةٌ، وَكُفُّكَ الأَذَى عَنِ المُسْلِمِيْنَ لِي جِهَادٌ "Diammu yang batil karena-Ku adalah puasa, memelihara anggota tubuhmu dari perkara-perkara yang haram karena-Ku adalah sha-lat, memutuskan dirimu dari makhluk karena-Ku adalah shadaqah dan menahan dirimu dari menyakiti hati orang muslim karena-Ku adalah jihad." Meninggalkan segala perkara yang batil semata-mata karena Allah akan dapat menyamai pahalanya puasa. Mengekang setiap anggota tubuh dari melakukan hal-hal yang telah diharamkan yang semata-mata karena Allah, pahalanya adalah sama dengan pahalanya shalat. Demikian pula dengan memutuskan ketamakan dari makhluk yang semata-mata karena Allah, pa halanya sama dengan pahala shadaqah. Dan tidak melakukan perbuatan-perb...

Keutamaan Berdiam Diri

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. sebagai berikut : الصِّلاَةُ عِمَادُ الدِيْنِ  وَالصُّمْتُ  اَفْضَلُ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ وَالصُّمْتُ أَفْضَلُ، وَالصَّوْمُ جُنَّةٌ مِنَ النَّارِ وَالصُّمْتُ أَفْضَلُ، وَاْلجِهَادُ سَنَامُ الدِّينِ وَالصُّمْتُ أَفْضَلُ "Shalat itu adalah tiangnya agama, tapi berdiam diri itu adalah lebih utama. Sedekah itu dapat menahan murkanya Tuhan, tetapi berdiam diri itu adalah lebih utama. Puasa itu merupakan bentengnya neraka, sedang berdiam diri itu justru lebih utama. Dan berjuang di jalan Allah itu adalah puncaknya agama, tetapi ber-diam diri itu lebih utama." Agama itu tidak akan berdiri dengan kokoh (tidak akan menjadi kuat) tanpa disertai dengan menunaikan shalat, sebagaimana rumah yang tidak tikan dapat berdiri dengan kokoh tanpa disertai dengan tiang-tiangnya. Shalat adalah pengakuan yang sebenarnya dari seorang hamba (kepada Tuhannya) dan menunaikan hak-hak ketuhanan. Sedang seluruh ibadah itu justru merupakan sarana menu...

Merindukan Surga dan Takut Akan Neraka

Diriwayatkan, bahwa Ali ra. berkata sebagai berikut: مَنِ اشْتَاقَ اِلَى الجَنَّةِ سَارَعَ الخَيْرَاتِ وَمَنِ اشْفَقَ مِنَ النَّارِ اِنْتَهَی عَنِ الشَّهَوَاتِ وَمَنْ تَيَقَّنَ المَوْتَ اِنْهَدَمَتْ عَلَيْهِ اللَّذَّاتُ وَمَنْ عَرَفَ الدُّنْيَا هَانَتْ عَلَيْهِ المُصِيْبَاتُ “Barangsiapa yang merindukan surga, maka ia harus selalu berada pada jalan yang lurus (kebaikan). Dan barangsiapa yang takut akan neraka, maka hendaklah ia mencegah dirinya dari keinginan hawa nafsu. Barangsiapa yang yakin akan adanya kematian, maka lenyaplah semua kenikmatan bagi dirinya serta barangsiapa yang mengetahui dunia, maka ia akan mendapat musibah yang ringan-ringan." Seseorang yang selalu merindukan surga, maka hendaklah ia berbuat untuk kebajikan. Siapa yang takut akan adzab neraka, maka ia harus menjauhi segala dorongan hawa nafsu. Dan barangsiapa yang yakin akan adanya kematian, maka lenyaplah semua kenikmatan dari dalam dirinya. Serta barangsiapa mig memahami bahwa dunia itu adalah tempat...

Lahirnya Fadhilah dan Batinnya Faridhah

Utsman bin Affan r.a. juga telah menyatakan sebagai berikut: اَرْبَعَةٌ ظَاهِرُهُنَّ فَضِيْلَةٌ وَبَاطِنُهُنَّ فَرِيْضَةٌ: مُخَلَطَةُ الصَّالِحِيْنَ فَضِيْلَةٌ وَالاِقْتِدَاءُ بَهَمْ فَرِيْضَةٌ، وَتِلاَوَةُ القُرْاۤنِ فَضِيْلَةٌ وَاْلعَمَلُ بِهِ فَرِيْضَةٌ، وَزِيَارَةُ القُبُوْرِ فَضِيْلَةٌ وَالاِسْتِعْدَادُ لَهَا فَرِيْضَةٌ، وَعِيَادَةُ المَرِيْضِ فَضِيْلَةٌ وَاتِّخَاذُ الوَصِيَّةِ فَرِيْضَةٌ “Empat perkara merupakan lahirnya fadhilah (keutamaan) dan batinnya faridhah (kewajiban), yaitu : bergaul akrab dengan or-ang-orang shaleh itu merupakan fadhilah dan mengikuti jejak mereka adalah kewajiban, membaca Al Qur’an itu merupakan fadhilah (keutamaan) dan mengamalkan makna yang terkandung di dalamnya adalah kewajiban, ziarah kubur itu merupakan fadhilah (keutamaan) dan mempersiapkan diri untuk menuju kesana adalah suatu kewajiban, dan menjenguk orang yang sakit itu juga merupakan suatu fadhilah (keutamaan), sedang berwasiat ketika sedang sakit itu adalah suatu kewajiban." Faridhah a...

Kenikmatan Ibadah Dalam Empat Perkara

Diriwayatkan dari Utsman ra. sebagai berikut: وَجَدْتُ حَلاَوَةَ الْعِبَادَةِ فِي أَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ: أَوَّالُهَا فِي اۤدَاءِّ فَرَائِضِ اللّٰهِ وَالثَّانِي فِي اجْتِنَابِ مَحَارِمِ اللّٰهِ وَالثَّالِثُ فِي الأَمْرِ بِالمَعْرُوفِ وَابْتِغَاءِ ثَوَابِ اللّٰهِ وَالرَّابِعُ فِي النَّهْيِ عَنِ المُنْكَرِ وَ الاِتْقَاءِ مِنْ غَضَبِ اللِّٰهِ “Saya mendapatkan kenikmatan beribadah dalam empat perkara, yaitu; pertama, ketika mengerjakan kewajiban-kewajiban Allah; kedua, ketika menjauhi larangan-larangan-Nya; ketiga, ketika berbuat amar ma'ruf dan mencari pahala Allah; ke empat, ketika mengerjakan nahi munkar dan memelihara diri dari murka-Nya" Menurut Utsman ra., bahwa kenikmatan ibadah itu terletak pada: 1. Pada waktu mengerjakan perintah-perintah Allah, baik yang kecil maupun yang besar. 2. Pada waktu menjauhi larangan-larangan-Nya, baik yang kecil maupun yang besar. 3. Mengajak kepada yang makruf (amal kebajikan), yaitu segala perkara yang dianggap baik oleh syara’.  4. Mencegah...

Macam-macam Lautan

Sebagaimana yang dikatakan oleh Umar ra. berikut ini: البُحُوْرُ اَرْبَعَةٌ: الهَوَى بَحْرُ الذُّنُوْبِ وَالنَّفْسُ بَحْرُ الشَّهَوَاتِ وَالمَوْتُ بَحْرُ الأَعْمَالِ وَاْلقَبْرُ بَحْرُ النَّدَامَاتِ “Lautan (samudera) itu ada empat macam, yaitu: hawa nafsu sebagai lautan dosa, nafsu sebagai lautan syahwat (keinginan), maut sebagai lautan umur dan kubur sebagai lautan penyesalan. ” Hawa nafsu adalah keinginan nafsu untuk memenuhi kehendaknya yang bertentangan dengan syara’. Hawa nafsu merupakan sumber dari segala perbuatan dosa. Nafsu adalah bagian jiwa yang berpotensi mendorong pada hasrat (keinginan) biologis dan mengajak diri pada berbagai kelezatan. Dan nafsu inilah yang menjadi sumber timbulnya kejelekan dan perangai tercela. Sedangkan kematian sebagai lautan umur, maksudnya adalah bahwa kematian itu menghimpun seluruh umur. Dalam naskah lain diterangkan “amal” bukan “umur” , adalah sebagaimana yang dikatakan orang, yakni bahwa kematian itu adalah peti amal. Dan kubur sebagai laut...

Hak Shalat, Puasa, Membaca Al Qur’an Dan Sedekah

Diriwayatkan dari Abdullah bin Al Mubarak sebagai berikut: مَنْ صَلَّى كُلَّ يَوْمٍ اِثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فَقَدْ اَدَّى حَقَّ الصَّلاَةِ ومَنْ صَامَ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلاَثَةُ اَيَّامٍ فَقَدْ اَدَّى حَقّ الصِّيَامُ ومَنْ قَرَأَ كُلُّ يَوْمٍ مِائَةَ اٰيَاتٍ فَقَدْ اَدَّى حَقَّ القِرَاءَةِ وَمَنْ تَصَدَّقَ فِي جُمْعَة بِدِرْهَمٍ فَقَدْ اَدَّی حَقَّ الصَّدَقَةِ  "Barangsiapa yang telah mengerjakan shalat sebanyak dua belas rakaat dalam setiap harinya, maka berarti ia telah memenuhi hak shalat. Barangsiapa yang telah berpuasa selama tiga hari dalam setiap bulannya, maka berarti ia telah memenuhi hak puasa. Dan barangsiapa yang telah membaca seratus ayat dalam setiap hari-nya, maka berarti ia telah memenuhi hak qira’ah serta barangsiapa yang telah bersedekah pada hari jumat dengan satu dirham, maka berarti ia juga telah memenuhi hak sedekah." Abdullah bin Al Mubarak adalah cucu Al Qadhi Nouh Al Marwazi. Shalat sebanyak dua belas rakaat yang dimaksudkan disini adalah shalat...

Penyempurna Amal Perbuatan Manusia

Sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Bakar Ash Shiddiq sebagai berikut: اَرْبَعَةٌ تَمَامُهَا بِأَرْبَعَةٍ: تَمَامُ الصَّلاَةِ بَسُجُوْدِ السَّهْوِ وَالصَّوْمِ بِصَدَقَةِ الفِطْرِ والحَجُّ بِالفِدْيَةِ وَالاِيْمَانُ بِالجِهَادِ “Empat perkara dapat disempurnakan dengan empat perkara lainnya, yaitu: kesempurnaan shalat dengan dua sujud sahwi, kesempurnaan puasa dengan zakat fitrah, kesempurnaan haji dengan fidyah dan kesempurnaan iman dengan jihad (fi sabilil-lah)." Empat perkara dapat menjadi sempurna dengan adanya empat perkara lainnya, yaitu: 1. Shalat, dapat disempurnakan dengan mengerjakan sujud sahwi. Imam Ahmad An Nawawi mengatakan, “Sujud sahwi hanya dilakukan jika memang memindahkan bacaan dari tempatnya, baik itu berupa rukun, sunnah ab’ad, atau bahkan sunnah hai’at. Jika yang dipindahkan (dilupakan) itu termasuk rukun, maka secara mutlak harus mengerjakan sujud sahwi. Begitu juga dengan sunnah ab’ad, misalnya tasyahud awal, maka secara mutlak harus mengerjakan sujud sahw...

Perkara-perkara yang Memberikan Rasa Aman

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. berikut ini: الكَوَاكِبُ اَمَانٌ لِأَهْلِ السَّمَاءِ فَإِذَا انْتَثَرَتْ کَانَ القَضَاءُ عَلَى أَهْلِ السَّمَاءِ وَاَهْلُ بَيْتِي اَمَانٌ لِأُمَّتِي فَإِذَا زَالَ اَهْلُ بَيْتِي كَانَ القَضَاءُ عَلَى اُمّتيِ وَأَنَا اَمَانٌ لِاَصْحَابِي فَإِذَا ذَهَبْتُ كَانَ القَضَاءُ عَلَى اَصْحَابِي وَالجِبَالُ اَمَانٌ لِأَهْلِ الأَرْضِ فَأِذَا ذَهَبَتْ كَانَ القَضَاءُ عَلَى الأَرْضِ “Bintang-bintang adalah keamanan bagi penduduk langit, jika ia sudah bertaburan, maka terjadilah qadha atas penduduk langit. Ahli baitku adalah keamanan bagi umatku, jika ahli baitku sudah tiada, maka itulah keputusan Allah atas umatku.  Dan aku adalah keamanan bagi shahabatku, jika aku sudah wafat, maka itulah keputusan Allah atas para shahabatku.  Gunung-gunung itu adalah keamanan bagi penduduk bumi, jika ia sudah hancur, maka itulah keputusan Allah atas penduduk bumi. ” Jika bintang-bintang keamanan bagi penduduk langit sudah bertaburan, maka berlakulah ketentuan Allah ba...

Perkara yang Paling Jelek Diantara yang Jelek

Sebagaimana yang dinyatakan oleh sebagian hukama berikut ini: اَرْبَعَةٌ قَبِيْحَةٌ وَلٰكِنَّ اَرْبَعَةً مِنْهَا اَقْبَحُ: الذَّنْبُ مِنَ الشَّابِّ قَبِيْحٌ وَمِنَ الشَّيْخِ اَقْبَحُ، وَالاِشْتِغَالُ بِالدُّنْيَا مِنَ الجَاهِلِ قَبِيْحٌ وَمِنَ العَالِمِ أَقْبَحُ، وَالتَّكَاسُلُ بِالطَّاعَةِ مِنْ جَمِيْعِ النَّاسِ قَبِيْحٌ وَمِنَ العُلَمَاءِ وَالطَّلَبَةِ اَقْبَحُ، والتَّكَبُّرُ مِنَ الاَغْنِيَاءِ قَبِيْحٌ وَمِنَ الفُقَرَاءِ اَقْبَحُ. "Empat perkara berikut ini adalah jelek, tapi justru ada empat perkara lainnya yang lebih jelek lagi, yaitu : dosa yang dilakukan oleh seorang pemuda itu jelek, tapi lebih jelek lagi jika dilakukan oleh orang yang sudah tua. Kesibukan duniawi pada diri orang yang dungu itu jelek, tapi kesibukan yang dilakukan oleh orang alim itu justru lebih jelek lagi. Malas beribadah pada setiap orang itu jelek, tapi lebih jelek lagi jika itu terjadi pada seorang ulama atau para penuntut ilmu. Takabbur yang dilakukan oleh orang kaya itu jelek, tapi lebih jelek lagi ...

Perkara Yang Paling Baik Diantara Yang Baik

Sebagian hukama telah memberikan pernyataan sebagai berikut di bawah ini: اَرْبَعَةٌ حَسَنَةٌ وَلٰكِنَّ اَرْبَعَةٌ مِنْهَا اَحْسَنُ: حَيَاءٌ مِن الرِّجَالِ حَسَنٌ وَلٰكِنَّهُ مِنَ المَرْأَةِ اَحْسَن، العَدْلُ مِنْ كُلِّ اَحَدٍ حَسَنٌ وَلٰكِنّهُ مِنَ الأُمَرَاءِ اَحْسَنُ، وَالتَّوْبَهُ مِنْ شَيْخٍ حَسَنٌ وَلٰكِنَّهَاّ مِنَ الشَّابِّ اَحْسَنُ، وَالجُوْدُ مِنَ الأَغْنِيَاءِ حَسَنٌ وَلٰكِنَّهُ مِنَ الفُقَرَاءِ اَحْسَنُ "Empat perkara berikut merupakan yang baik, tapi empat lainnya lebih baik lagi daripadanya, yaitu: rasa malu bagi laki-laki itu baik, tapi bagi perempuan justru lebih baik lagi. Sikap adil dari setiap orang itu baik, tapi dari seorang pemimpin itu lebih baik lagi. Taubat yang dilakukan oleh orang yang sudah tua itu baik, tapi lebih baik lagi jika dilakukan oleh orang yang masih muda. Dan kedermawanan bagi orang yang kaya itu baik, tapi lebih baik lagi jika itu keluar dari orang yang fakir." Baik disini merupakan suatu tingkat kualitas, dimana akan mendapat kemulia...

Petunjuk Rasulullah Saw. Kepada Abu Dzar Al Ghifari

Diriwayatkan dari Rasulullah Saw, sesungguhnya beliau pernah bersabda kepada Jundub bin Junabah yang bergelar Abu Dzar Al Ghifari sebagai berikut: يَا اَبَاذَرٍّ جَدِّدِ السَّفِيْنَةَ فَإِنّ البَحْرَ عَمِيْقٌ وَخُذِ الزَّادِ كَامِلاً فَإِنَّ السَّفَرَ بَعِيْدٌ وَخَفِّفِ الحَمْلَ فَإِنَّ العَقَبَةَ كَئُوْدٌ وَاخْلِصِ العَمَلَ فَإِنَّ النَاقَدَ بَصِيْرٌ "Wahai Abu Dzar, renovasilah (perbaikilah) kapalmu, karena sesungguhnya lautnya dalam, dan bawalah bekal yang cukup, karena perjalananmu jauh, ringankanlah bebanmu, karena rintangan berat siap menghadang, ikhlaskanlah amalmu, karena sesungguhnya Yang Maha Meneliti, Maha Melihat." Merenovasi disini mengandung pengertian memperbaiki niat, agar semua perbuatan atau menghindarinya itu dapat berfungsi sebagai ibadah sehingga mendapatkan pahala dan selamat dari adzab Allah SWT. Khalifah Umar bin Khaththab Al Farruq pernah mengirimkan surat kepada Abu Musa Al Asy’ari -semoga Allah meridhai keduanya, "Barang-siapa yang niatnya tulu...

Perkara-perkara yang Harus Dijauhi Orang Beriman

Diriwayatkan dari Malik bin Dinar ra, ia berkata sebagai berikut : اِجْلِسْ ثَلاَثاً بِثلاَثٍ حَتَّی تَكُوْنَ مِنَ المُؤْمِنِيْنَ: الكِبْرُ بِالتَّوَاضُّعِ وَالحِرْصُ بِالقَنَاعَةِ وَالحَسَدُ بِالنَّصِيْحَةِ "Agar anda termasuk golongan orang-orang yang beriman, maka hindarilah tiga sikap dengan tiga cara, yaitu : hindarilah sikap sombong dengan cara tawadhuk, hindarilah sikap tamak dengan cara qana ’ah dan hindarilah sikap dengki dengan cara nasihat." Manusia harus dapat menghindari tiga perkara yang dicela dengan tiga perkara yang dipuji, agar tercermin hakikat iman yang sebenarnya seperti orang-orang mukmin. Sombong adalah sikap yang mengagungkan (membesarkan) diri sendiri dan memandang orang lain lebih rendah. Kebalikan dari sikap sombong adalah tawadhuk. Sombong terjadi sebagai akibat dari adanya kedudukan, sedangkan ujub (pamer) itu terjadi akibat adanya keutamaan. Tamak adalah sikap yang selalu merasa kurang (merasa belum cukup dengan apa yang dimilikinya). Sedangkan ...

Makna Dari Ibadah

Diterangkan dalam sebuah pernyataan sebagai berikut : العِبَادَةُ حِرْفَةٌ وَحَانُوْتُهَا الخَلْوَةُ وَرَأْسُ مَالِهَا التَّقْوَى وَرِيْحُهَا الجَنَّةُ “Ibadah itu adalah kesempatan kerja, kiosnya adalah mengasingkan diri dan modalnya adalah taqwa dan keuntungannya adalah surga." Mengasingkan diri maksudnya adalah berkonsentrasi di tempat yang sepi agar hatinya dapat dengan tenang berhadapan langsung dengan Allah. Sedang modal ibadah adalah taqwa, jika tidak bermodalkan taqwa, maka ibadah tidak akan mendapatkan untung yang besar.  Taqwa disini adalah dalam arti menjaga diri agar jangan sampai melakukan perbuatan yang dapat mengakibatkan siksa, baik berwujud perbuatan maupun meninggalkan perbuatan tersebut.

Pokok Dari Segala Kebaikan Dunia dan Akhirat

Abu Sulaiman Ad Darani telah menyatakan: اَصْلُ كُلِّ خَيْرٍ فِي الدُّنْيَا وَالاٰخِرَةِ الخَوْفُ مِنَ اللّٰهِ وَمِفْتَاحُ الدُّنْيَا الشَّبُعُ وَمِفْتَاحُ الاٰخِرَةِ الجُوْعُ “Pokok dari setiap kebaikan di dunia dan di akhirat adalah takut kepada Allah, dan kunci dunia itu adalah perut yang kenyang, sedangkan kunci dari akhirat itu adalah perut yang lapar. ” Rasa takut kepada Allah akan dapat mengubah letak buku catatan amal perbuatan manusia, suatu ketika digeser ke kanan setelah berada di tangan kiri. Adapun pokok dari segala kebaikan menurut Abu Sulaiman itu ada tiga, yaitu: takut kepada Allah, menjauhi kemewahan dunia dan mengejar pahala akhirat. Jadi, bagi hamba Allah, ketika (memperoleh kenikmatan berupa) sehat, maka ia harus merasa takut kepada Allah dan selalu berharap kepada-Nya, agar rasa takut tersebut dapat mencegahnya dari perbuatan maksiat. Sedang harapannya kepada Allah dapat membangkitkan semangat untuk mengerjakan amal shaleh. Orang yang selalu berharap kepada Allah...

Tanda Lain Orang Yang Ma’rifat Kepada Allah

Diriwayatkan pula dari Dzun Nun Al Misri, ia berkata sebagai berikut: العَارِفُ بِاللّٰهِ تَعَالَی وَفِيٌّ وَقَلْبُهُ ذَكِيٌّ وَعَمَلُهُ لِلّٰهِ زَكِيٌّ "Orang yang makrifat kepada Allah adalah orang yang memenuhi janjinya, hatinya cerdas dan amalnya bersih." Tanda lain, orang yang makrifat kepada Allah adalah orang yang memenuhi janjinya kepada Allah dengan mengerjakan segala perintah-Nya, hatinya dapat menerima nasihat dengan cepat, dan amal perbuatannya kian hari kian baik.

Tanda-tanda Orang Yang Makrifat Kepada Allah SWT.

Dzin Nun juga berkata sebagai berikut: العَارِفُ بِاللّٰهِ تَعَالَی أَسِيْرٌ وَقَلْبُهُ بَصِيْرٌ وَعَمَلُهُ لِلّٰهِ كَثِيْرٌ "Orang yang makrifat kepada Allah adalah orang yang jiwanya selalu tertambat kepada Allah, hatinya melihat dan amal perbuatannya banyak yang semata-mata hanya karena Allah." Orang yang makrifat kepada Allah berarti terikat oleh rasa cinta kepada-Nya, hatinya selalu dihiasi dengan Muraaqabah (merasa dekat dengan Allah) dan lahiriyahnya dihiasi dengan Muhaasabah (instrospeksi diri) dan semua amal perbuatan yang ia lakukan semata-mata hanya karena Allah.

Takut, Senang dan Dekat

Diriwayatkan dari Dzin Nun Al Misri: كُلُّ خَائِفٍ هَارِبٌ وَكُلُّ رَاغِبٍ طَالِبٌ وَكُلُّ اۤنِسٍ بِاللّٰه مُسْتَوْحِشٌ بِالخَلْقِ "Setiap orang yang merasa takut itu akan lari, setiap orang yang senang pasti akan mencari dan setiap orang yang dekat dengan Allah pasti akan merasa asing dengan makhluk." Orang yang merasa takut pasti akan lari, maksudnya akan menjauh dari apa yang ditakutinya. Oleh sebab itu, bagi orang yang takut akan siksa, maka hendaknya ia senantiasa berbuat kebajikan agar terhindar dari siksa itu. Sedang orang yang merasa senang pasti akan mencari, maksudnya pasti akan mencari sesuatu yang disenanginya itu. Oleh sebab itu, orang yang senang kepada surga, maka hendaknya ia berbuat kebajikan agar dapat mem-perolehnya. Adapun orang yang dekat kepada Allah pasti akan merasa asing berkumpul bersama manusia. Dalam riwayat lain justru diterangkan, akan merasa asing terhadap dirinya sendiri. Dzin Nun adalah Abdul Faidh, si Tsauban bin Ibrahim, ada pula yang mengat...

Keutamaan Orang Yang Makrifat Kepada Allah SWT.

Sebagaimana yang diriwayatkan dari sebagian hukama berikut ini : مَنْ عَرَفَ اللّٰهَ لَمْ يَكُنْ لَهُ مَعَ الخَلْقِ لَذَّةٌ وَمَنْ عَرَفَ الدُّنْيَا لَمْ يَكُنْ لَهُ فِيْهَا رَغْبَةٌ وَمَنْ عَرَفَ عَدْلَ اللّٰهِ تَعَالَی لَمْ يَتَقَدَّمْ إِلَيْهِ الخُصَمَاءُ "Barangsiapa yang makrifat kepada Allah, maka tidak ada lagi kenikmatan bersama makhluk, dan barangsiapa yang mengetahui dunia maka tidak ada lagi kecintaan baginya tentang dunia serta barangsiapa yang mengetahui keadilan Allah., maka ia tidak akan didatangi musuh." Orang yang makrifat kepada Allah itu tidak akan merasakan kelezatan-nya lagi berkumpul bersama makhluk, karena ia tidak akan merasa senang kecuali kepada Allah semata. Dan orang yang sudah mengenali dunia itu tidak akan senang kepadanya, karena ia hanya ingin merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya (abadi) di akhirat. Sedang bagi orang yang mengetahui akan keadilan Allah tidak akan didatangi lawan, karena ia tidak pernah menimbulkan permasalahan (persengketaan...

Tamak, Taat dan Qana’ah

Diriwayatkan dari Wahab bin Munabbin Al Yamani ra. sebagai berikut: مَكْتُوْبٌ فِي التَّوْرَاةِ الحَرِيْصُ فَقِيْرٌ وَاِنْ كَانَ مَالِكَ الدُّنْيَا وَالمُطِيْعُ لِلّٰهِ تَعَالَى مُطَاعٌ لِلنَّاسِ وَاِنْ كَانَ مَمْلُوْكًا وَالقَانِعُ غَنِيٌّ وَاِنْ كَانَ جَائِعًا "Tertulis di dalam Taurat, orang yang tamak adalah sengsara, meskipun memiliki dunia, orang yang taat kepada Allah akan disenangi, meskipun ia seorang hamba sahaya dan orang yang qana ’ah (merasa cukup dengan yang diberikan Allah) adalah kaya, meskipun kelaparan." Orang yang ingin mencari sesuatu dengan bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya, adalah orang yang kehilangan segala sesuatu yang dibutuhkannya, meskipun ia memiliki semua yang berada diantara langit dan bumi. Dan orang yang taat kepada Allah itu akan disegani manusia, meskipun ia adalah seorang hamba sahaya. Sedang orang yang qana’ah, yaitu orang yang merasa puas dengan segala sesuatu yang dimilikinya serta ridha atas bagiannya yang diterima dari Allah adal...

Bukti Cinta Yang Sesungguhnya

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. berikut ini : صِدْقُ المَحَبَّةِ فِي ثَلاَثِ خِصَالٍ: اَنْ يَخْتَارَ كَلاَمَ حَبِيْبِهِ عَلَى كَلاَمِ غَيْرِهِ ويَخْتَارَ مُجَالَسَةَ حَبِيْبِهِ عَلَى مُجَالَسَةِ غَيْرِهِ ويَخْتَارَ رِضَا حَبِيْبِهِ عَلَى رِضَا غَيْرِهِ "Kebenaran (bukti) cinta itu tergantung pada tiga perkara, yaitu: lebih memilih ucapan kekasih daripada ucapan orang lain, lebih memilih duduk bersanding kekasih daripada bersama orang lain, dan lebih memilih kerelaan kekasih daripada kerelaan orang lain." Yahya bin Mu’adz ra. pernah mengatakan, “Sekecil apapun cintaku kepada Allah, itu lebih aku sukai daripada beribadah selama tujuh puluh tahun. ”

Pokok Cinta Kepada Allah SWT.

Diriwayatkan dari Sufyan bin Uyainah ra, ia berkata sebagai berikut: مَنْ اَحَبَّ اللّٰهَ اَحَبَّ مَنْ اَحَبَّهُ اللّٰهُ تَعَالَى وَمَنْ اَحَبَّ مَنْ اَحَبَّهُ اللّٰهُ تَعَالَى اَحَبَّ مَا اَحَبَّ فِي اللّٰهِ تَعَالَی وَمَنْ اَحَبَّ مَا اَحَبَّ فِي اللّٰهِ تَعَالَى اَحَبَّ اَنْ لاَ يَعْرِفَهُ النَّاسُ "Barangsiapa yang cinta kepada Allah, maka ia akan cinta kepada orang yang dicintai Allah. Dan barangsiapa yang cinta kepada orang yang dicintai Allah, maka ia akan cinta kepada perbuatan yang dilakukan karena cinta kepada Allah. Dan barangsiapa yang cinta kepada perbuatan yang dilakukan karena cinta kepada Allah, maka ia akan cinta melakukan perbuatan itu tanpa diketahui manusia." Al Asqalani menjelaskan, bahwa Mahabbah (cinta kepada Allah) itu dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1. Mahabbah Fardhu , yaitu mahabbah yang mendorong untuk melakukan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. 2. Mahabbah Sunnah , yaitu mahabbah yang mendorong untuk membiasakan...

Cinta, Iffah dan Pangkal Keyakinan

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. berikut ini: المَحَبَّةُ اَسَاسُ المَعْرِفَةِ وَالعِفَّةُ عَلاَمَةُ اليَقِيْنِ وَرَأْسُ اليَقِيْنِ التَّقْوَى وَالرِّضَا بِتَقْدِيْرِ اللّٰهِ “Cinta kepada Allah itu adalah asas makrifat, iffah (enggan) itu tandanya yakin, sedang pangkal keyakinan itu adalah taqwa dan ridha terhadap takdir Allah." Cinta kepada Allah dengan cara beribadah kepada-Nya merupakan asas makrifat. Dan sesungguhnya tingkatan-tingkatan ahli sufi itu dapat dikelompokkan menjadi tiga derajat, yaitu: 1. Syari’at (ibadah kepada Allah) menurut para fuqaha, berdasarkan hukum-hukum yang telah diterangkan Allah kepada umat-Nya. 2. Thariqat , yaitu jalan menuju Allah yang disertai ilmu dan amal. 3. Makrifat (mengetahui), yaitu mengetahui perkara-perkara batin, yang merupakan buah dari syari’at. Iffah (enggan), yakni menahan diri dari meminta-minta kepada manusia, adalah keyakinan bahwa Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu dan Dialah yang memberikan rizqi kepada semua makhl...